![]() |
Dr. Sukarman Kamuli, M.Si Dosen Pengantar Ilmu Filsafat |
Sahabat Mahasiswa, Mata kuliah filsafat Ilmu kita akan dapatkan disaat di bangku kuliah. Banyak diantara Mahasiswa juga mencari materi Filsafat ilmu. Maka, arsip kuliah yang bisa dishare kali ini tentang materi Kelahiran Filsafat Kuno. Materi ini disusun oleh bapak Dr. Sukarman Kamuli, M.Si.
Karena sebagai mahasiswa yang sukanya bertanya, Apa itu Filsafat? Apa latar belakang adanya Filsafat?apa manfaat kita belajar filsafat? Insya Allah pertanyaan itu akan dijawab dalam ulasan singkat materi filsafat pra Socrates berikut.
FILSAFAT PRA-SOCRATES
A. Kelahiran Filsafat Yunani Kuno
1. Mitologi Yunani
a. Mitos memberikan jawaban atas “keheranan”, “ketakjuban” hati manusia
terhadap semesta yang melingkupi, yang berarti mitos memberikan
semacam “jaminan” bagi kehidupan manusia Yunani kala itu: “Bahwa
kehidupan itu ada maknanya, ada logikanya ada penyelesaiannya.
Mitologi dapat juga memiliki arti rangkaian cerita yang berisi dongeng para
dewa-dewi yang dihubungkan dengan peristiwa alam dan dipercayai secara
turun-temurun, Secara garis besar ada 2 jenis mitos yaitu,
1. mitos kosmogonis yaitu memberi keterangan tentang asal usul alam
semesta itu sendiri.
2. Mitos kosmologis yaitu memberi keterangan tentang asal usul serta
sifat-sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta.
Mitologi Yunani berpengaruh dalam mendorong kelahiran filsafat karena
menimbulkan ketidakpuasan dan berbagai pertanyaan dalam pikiran.
Mitologi juga ikut mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan di dunia sampai sekarang.
b. Kesusasteraan Yunani
Kesusasteraan di sini hendaknya dimengerti dalam arti yang luas misalnya
amsal-amsal, tembang-tembang, dongeng, syair, cerita. Karya susastra itu
berfungsi “mendidik” rakyat Yunani dalam waktu-waktu luang.
Salah seorang sastrawan yang terkenal adalah Homeros pada tahun 850
SM. Puisinya yang amat terkenal yaitu Ilias dan Odyssea.
c. Ilmu-ilmu pengetahuan dari Timur Kuno
Dari Babylonia : Astronomi, penanggalan
Dari Mesir Kuno: Ilmu ukur, ilmu hitung, geometria (ilmu pengukur tanah)
Dari Yunani : ilmu-ilmu tadi bukan hanya ditekuni sebagai pemenuhan
kebutuhan praktis, tapi dikembangkan demi kemajuan ilmu itu sendiri.
d. Mitos dan Logos
Mitos: jawaban terhadap problem-problem alam semesta dicari pada mitos-
mitos sedangkan logos: jawaban terhadap problem-problem alam semesta
mulai diusahakan dengan akal budi.
e. Posisi geografi
Pada masa itu wilayah Yunani tidak sekecil sekarang. Pesisir Asia kecil,
Sisilia dan Italia Selatan bahkan sampai daratan Afrika. Kontak dengan
bangsa lain memungkinkan bertambah kayanya informasi dan perluasan
cakrawala berfikir mereka.
f. Kondisi Sosial Politik
Orang Yunani tinggal dalam suatu polis. Dimana polls itu memiliki arti
“negara-kota”.
Kata”polis” juga menunjukkan rakyat negara itu.
*polis sebagai lembaga politik ciri-cirinya:
1. Otonomi: mempunyai hukum sendiri.
2. Autarkeia: mandiri perekonomiannya.
3. Kemerdekaan politik melalui lembaga-lembaga sebagai berikut:
- ekklesia: majelis umum
- bule: dewan Harlan
- diskasteria: lembaga I badan peradilan
Polis sebagai wahana timbulnya filsafat:
1. Tatanan polis yang sedemikian itu menempatkan logos dalam
kedudukan yang penting.
2. Suasana keterbukaan dalam polis.
3. Dalam Polis semua warga negara sederajat kedudukannya. Maka, kecil
rasa sungkan untuk mengekspresikan pikiran-pikiran, gagasan,
pendapat.
2. Para filsuf pertama dari Milletos
Filsuf-filsuf yang akan dibicarakan ini pada umumnya berfikir tentang alam
semesta beserta seluruh kenyataan hidup (bukan sekedar “fisik material”, tapi
sekaligus “non fisik-immaterial”).
Yang mereka pikirkan adalah “arkhe” yakni “asal muasal’, “azas pertama”,
sesuatu yang hakiki dari segala sesuatu yang tergelar dalam alam semesta
yang bermacam ragam coraknya dan serba berubah.
a. Thales(625 – 545 SM)
Dia mempertanyakan apakah dasar pertama atau asal usul dari segala
sesuatu di alam ini. Dia disebut sebagai orang pertama yang menyelidiki
alam dengan logosnya. Dia dijuluki sebagai filsuf pertama oleh Aristoteles
jawabannya adalah air. Air tampak sebagai sarana pokok bagi kehidupan
bahkan menjadi “sumber” kehidupan, air yang meresapi segala-galanya.
b. Anaximandros (610 – 540 SM)
b. Anaximandros (610 – 540 SM)
Dia murid Thales, tetapi tidak setuju dengan pendapat Thales. Jika arkhe
hanya salah satu anasir alam (air), lalu bagaimana dengan anasir yang lain.
Arkhe menurut Anaximandros haruslah yang lebih dalam lagi, tidak sekedar
unsur alam yang terbatas, Menurut dia arkhe alam semesta adalah to
apeiron. lstilah ini bermakna “yang tak terbatas”, bersifat illahi, abadi, tak
berubah dan meliputi segalanya.
c. Anaximenes (538 – 480 SM)
Dia murid Anaximandros, baginya arkhe segala sesuatu adalah “hawa” atau
“udara” . Alasannya, bahwa udara meliputi seluruh alam dan menjadi azas
kehidupan manusia. Semua unsur alam ini terjadi karena proses
pemadatan dan pengenceran udara. Tubuh manusia adalah mikrokosmos
yang mencerminkan jagad raya sebagai makrokosmos. Kalau Thales
mengatakan bumi terapung di atas air, maka Anaximenes mengatakan
bumi — yang seperti meja bundar — katanya melayang-Iayang di udara.
3. Persamaan Corak Pemikiran para filsuf pertama
a. Mereka dapat disebut sebagai “filsuf alam” karena ajaran mereka
memusatkan pada alam.
b. Alam mereka pandang sebagai keseluruhan yang bersatu dan mempunyal
asal usul (arkhe) satu prinsip saja.
c. Alam semesta dikuasai oleh satu hukum, bukan secara kebetulan.
d. Alam semesta merupakan kosmos (keteraturan), bukan chaos (kekacauan)
B. Pythagoras ( 580 — 500 SM)
Dia mendirikan perguruan dan mazhab Pythagorean yang ajarannya bersifat
rahasia. Ajaran Pythagoras sebagai guru disampaikan secara lisan, tidak boleh
dicatat dan harus dirahasiakan. Setiap ada perselisihan antar para murid tentang
filsafat selalu dapat pendapat sang guru dan ditutup dengan pernyataan autos
epha (demikian sabda guru).
Apabila flulsuf-filsuf Miletos berfilsafat karena keingintahuan ilmiah. Maka
Pythagoras dan pengikut-pengikutnya bukan hanya keingintahuan ilmiah saja,
tetapi Iebih ke arah “a way of life”: suatu pandangan hidup yang dengan itu
manusia dapat mencapai kebersihan jiwa dan memutus rangkaian perpindahan
jiwa. Ajaran Pythagoras yang sangat berpengaruh mencakup dua hal. Pertama, ajaran
rahasia dengan dasar kepercayaan bahwa jiwa itu kekal, tidak dapat mati. Kedua,
ajaran ilmu pasti mengenai bilangan yang dijadikan dasar untuk memahami
tentang alam.
Dikemudian hari pengikut-pengikut Pythagoras berkembang menjadi dua aliran:
1. Akasmatikol, Iebih mengutamakan penyucian jiwa dengan menaati aturan-
aturan
2. Mathematikol, lebih mengutamakan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti.
a. Ajaran tentang Jiwa
Jiwa tidak dapat mati (immortal). Bila seseorang meninggal maka jiwanya
akan berpindah ke sosok lain. Perpindahan jiwa itu akan terputus bila orang
melakukan jalan penyucian sesuai dengan “tarekat” pythagorean (misalnya
berpantang makanan tertentu).
Agar hidup manusia harmonis harus ada keseimbangan antara jiwa dan
raga. Untuk mencapai keseimbangan itu manusia harus:
1. taat kepada ajaran agama
2. menghormati orang tua
3. menepati janji
4. melepaskan keinginan nafsu
b. Ajaran tentang bilangan
Dia mengatakan bahwa arkhe segala sesuatu ialah bilangan. Bilangan
merupakan simbol tangga nada dalam harmoni musik yang melahirkan
keindahan. Alam semesta ini adalah suatu harmoni yang indah juga.
Bilangan adalah segala-galanya yang mengandung pninsip-prinsip
pertentangan, namun tetap dalam harmoni alam.
Pythagoras menganut teori “helio-sentris” namun berbeda dengan
pengertian sekarang. Matahari adalah api sentral yang menjadi pusat
segala sesuatu. Jagad raya digambarkan dengan “suatu tangga nada”.
c. Ajaran Kosmologi
Pusat jagad raya adalah “api”. Api ini dikelilingi 10 badan jagad raya, yaitu,
kontra bumi, bumi, bulan, matahari, merkurius, venus, mars, yupiter,
saturnus kemudian langit dengan bintang-bintang tetap.
Kesepuluh badan jagad raya tadi beredar mengelilingi api sentral sebagai
tetraktys raksasa. Yang kemudian hari, “api sentral” ala pythagorean ini oleh
sementara pemikir Yunani (Heraklitos, Aristarkhos) disamakan dengan matahari, sehingga dalam bidang kosmologi menganut pendirian helio-
sentris.
C. Xenophanes ( 570 – 480 SM)
Baginya arkhe segala sesuatu adalah “kesatuan”. Prinsip “satu” mengatasi segala-
galanya baik manusia maupun dewa.
a. Konsepsi ketuhanan
Ia mengkritik paham ketuhanan yang bersifat mitologi, terutama paham yang
menerapkan hal-hal yang secara etis tidak patut diperbuat oleh Tuhan,
misalnya mencuri, berzina, menipu dll. Tuhan adalah ideal dalam bidang etik.
Kritiknya juga diarahkan kepada konsepsi ketuhanan yang berhaluan
antropomorfisme. Kosekuensi lebih lanjut, Tuhan bukan dilahirkan, melainkan
azali dan abadi. Ia juga menolak konsepsi ketuhanan yang berbau keetnikan.
Dengan kata lain, ia ingin mengajukan konsepsi universalisme ketuhanan.
Xenophanes juga tidak setuju dengan konsepsi ketuhanan yang pluralistik. Ia
menekankan keesaan Tuhan. Akan tetapi keesaan disini tidak bisa disamakan
dengan konsepsi Islam atau Kristen sekarang. Pada kenyataannya, Ia masih
acapkali menyebut Tuhan dengan kata jamak. Pandangan Xenophanes yang
demikian ini ditafsirkan orang bahwa ia mengajarkan “monotheisme” sekaligus
“pantheisme”.
b. Ajaran Kosmologi
Matahari melintas dengan gerak lurus, setiap pagi selalu muncul matahari baru.
Gerhana terjadi karena matahari terjatuh dalam lubang.
Bumi adalah simpul siklus tanah lumpur----air laut----Iumpur---tanah.
Secara umum ajaran kosmologi ini justru tampak Iebih “primitif” daripada ajaran
kosmologi sebelumnya.
D. Hera klitos ( 540 – 475 SM)
a. Ajaran tentang pertentangan
Setiap benda tersusun dari unsur saling bertentangan (paradoks) dalam
kesatuan. Pertentangan tidak berdampingan tetapi bergerak dari satu ke yang
lain. Pertentangan itu adalah suatu keharusan yang wajar dan layak. “Perang
(pertentangan) adalah Bapak segala-galanya” Damai menjadi ada karena
perang. Pertentangan adalah keadilan. Hanya dengan pertentangan-lah segala
sesuatu “menjadi” sesuatu “yang sama adalah perlawanan”. b. Filsafat “menjadi”
Heraklitos tidak percaya adanya sesuatu yang tetap, segalanya berubah.
Muncul semboyan Panta rhei kai uden menei yang artinya segalanya bergerak
seperti aliran sungai. Bergerak berarti menjadi.
Tidak ada sesuatupun yang sungguh-sungguh ada. Semuanya menjadi;
semuanya berubah tanpa henti.
c. Ajaran tentang arkhe
Arkhe segala sesuatu adalah api. Api tak pernah diam, selalu bergerak dan
berubah.
d. Ajaran kosmologi dan jiwa musia
Kosmos juga selalu berubah: api—air—tanah—air—api.
Begitu juga jiwa manusia senantiasa berubah sebagaimana berubahnya air—
api—tanah begitulah manusia dalam tidur jaga—kematiannya.
e. Ajaran tentang Logos
Logos di sini lebih berati “rasio”. Logos bersifat ilahi, tetapi bukan mengacu
pada konsep ketuhanan. Logos adalah hukum yang menguasai segala sesuatu
yang senantiasa berubah. Maka logos juga berarti api — simbol keabadian
perubahan.
E. Mazhab Elea
1. Parmenides (515 – 450 SM)
Karyanya berupa puisi yang terdiri dari 2 bagian: jalan kebenaran dan jalan
pendapat. Baginya pengetahuan indrawi itu menyesatkan, dan pengetahuan
rasiolah yang mampu menjamin kepastian.
a. Ajaran yang ada
Parmenides menentang perubahan yang terus menerus, apalagi kesatuan
kontradiksi. Segalanya hanyalah “ada” yang tetap, satu dan tidak berubah.
Rumusnya: Yang ada itu ada yang tidak ada itu tidak ada. Pengandaian lain
ada dua kemungkinan yaitu, yang ada itu tidak ada atau yang ada itu
serentak ada dan tidak ada. Tiga hal yang ditolak filsafat “ada” yaltu, tidak
ada kejamakan, tidak ada perubahan dan tidak ada ruang kosong.
2. Zeno (490SM)
Ia adalah muri sekaligus sahabat Parmenides. Ajaran-ajarannya merupakan
pembelaan terhadap ajaran-ajaran gurunya dengan cara membuat andaian-
andaian tentang hal-hal yang akan ditentangkan kemudian diruntuhkannya. a. Argumen melawan ruang kosong
Jika diandaikan bahwa “ruang kosong”, maka dia membutuhkan “ruang
kosong” lagi untuk tempat bagi dia, begitu seterusnya sampai tak terhingga.
OIeh karena itu harus disimpulkan bahwa ruang kosong itu “tidak ada”.
b. Argumentasi melawan pluralitas
Jika potongan garis terdiri dari titik-titik, maka potongan itu dapat dibagi-bagi
sampai tak terhingga.
Kalau titik-titik tadi mempunyai panjang tertentu, maka potongan garis itu
menjadi “tak terhingga panjangnya”, sedangkan bila titik-titik tadi tidak
mempunyal panjang tertentu maka potongan-potongan garis itu tak
terhingga pendeknya = 0
Maka kedua kesimpulan dari 2 pengandaian tadi “sama-sama mustahil”.
Oleh karena itu pluralitas harus ditolak.
c. Argumen melawan gerak
1. Pelari dan stadion: si pelari tidak pernah sampai garis finish.
2. Pelari Akhilles dan kura-kura: Akhilles tidak pernah bisa melewati kura-
kura yang start lebih dulu.
3. Anak panah yang lepas dari busurnya: meskipun anak panah tampak
melesat, tapi ia tetap sebagai benda yang sama.
Jadi apa yang disebut “gerak” hanyalah seri perhentian.
F. Filsuf-filsuf Pluralis
Mereka menjawab bahwa arkhe alam lebih dari satu unsur.
a. Empedokles (492 – 432 SM)
Ia seorang cendekiawan yang mahir di banyak bidang, filsuf, dokter, penyair,
orator, politikus. Ia menulis 2 karya berupa puisi; perihal alam dan penyucian-
penyucian.
1. Ajaran arkhe
Arkhe alam ada 4 anasir (rizomata)
Api-----panas
Udara-----dingin
Tanah-----kering
Air------basah
Menurut Empedokles, segala sesuatu terdiri dari keempat anasir tadi. Yang
membedakan sesuatu yang satu dengan yang lain adalah komposisi dari
tiap-tiap anasir. Perubahan terjadi karena komposisi anasirnya diubah. 2. Ajaran cinta dan benci
Perubahan yang terjadi pada alam semesta “diatur” oleh dua prinsip yaitu
cinta yang mempunyai sifat menggabungkan sedangkan benci mempunyai
sifat menceraikan.
Cinta dan benci ini digambarkan sebagai cairan halus yang meresapi
semua benda.
3. Ajaran tentang pengenalan
Suatu pengenalan atau proses mengetahui terjadi karena anasir yang sama
antara yang berada pada subyek dan obyek. Alat pemikiran darah, karena
darah dianggap perpadua 4 anasir yang sempurna.
4. Ajaran tentang penyucian-penyucian
Ia menganggap dirinya sebagai daimon--- mahluk mulia. Agar manusia
kembali menjadi daimon, orang harus melalui perpindahan jiwa dan
berpantang. Dimana perpindahan jiwa ini begitu panjang mata rantainya.
b. Anaxagoras (499 – 427 SM)
Karyanya berupa prosa dan hanya beberapa fragmen yang masih bisa
ditemukan, meskipun usianya tebih tua daripada Empedokles tapi karyanya
ditulis sesudah karya Empedokies ditulis.
1. Ajaran tentang Arkhe:
Ia menganggap bahwa “yang ada” itu azali dan abadi: tak terciptakan dan
tak termusnahkan. Anaxagoras berpendirian bahwa “yang ada” itu bukan
tunggal, bukan pula 4 melainkan dapat dibagi-bagi sampai tak terhingga
banyaknya. Yang disebut oleh Anaxagoras sebagai spermata (benih-benih).
Segala sesuatu adalah campuran dari benih-benih yang tidak terhingga
banyaknya dan proporsi tiap benih membedakan benda yang satu dengan
yang Iainnya.
2. Ajaran tentang NOUS:
Nous merupakan prinsip yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos.
Nous tidak tercampur dengan benih-benih (steril) dan bahkan mengenal
dan menguasai segala sesuatu. Ia hanya berada dalam mahluk hidup dan
nous merupakan unsur yang paling halus.
3. Ajaran tentang pengenalan:
Pengenalan inderawi sering disertai “nyeri”.
Mengenal panas --- kepanasan dll.
c. Leukippos dan Demokritos
Ada sementara sejarahwan yang meragukan bahwa Leukippos sebagai tokoh
yang pernah hidup, sebagian sejarawan yang lain mengakui keberadaan tokoh
ini.
Yang jelas, pada umumnya dua tokoh tadi selalu dibicarakan secara bersama-
sama manakala orang membicarakan tentang atomisme.
1. Ajaran Atomisme
Realitas seluruhnya adalah atomos (yang tak terbagi).
Atom-atom adalah:
a) Bagian terkecil dari setiap benda
b) Mata telanjang tidak dapat melihat
c) Jumlahnya tak terhingga
d) Azali dan abadi, tak terciptakaan dan terlenyapkan
e) Semata-mata kuantitatif, tidak mempunyai kualitas
f) Bergerak spontan ke segala arah
g) Sejumlah atom bisa mengait satu sama lain. Melalui gerak puting
beliung atom-atom membentuk kosmos.
Atom-atom itu berbeda dalam 3 hal:
1. Bentuknya
2. Urutannya
3. Posisinya
2. Ajaran tentang Jiwa:
Jiwa terdiri dari atom-atom bulat yang tidak mengait atom-atom lain dengan
lincah Ia dapat menyelinap di antara atom-atom lain.
3. Ajaran tentang ruang kosong:
Demokritos berpendirian ada “ruang kosong”. Atom-atom digambarkan
senantiasa bergerak-gerak, tidak mungkin tanpa ruang kosong Gerak terjadi
karena atom-atom (yang penuh) mengisi ruang kosong (yang tidak penuh).
4. Ajaran tentang pengenalan:
Subyek mengenal obyek, karena obyek memancarkan gambaran-gambaran
kecil (ildola) yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk seperti obyek tadi----
masuk/diserap pancaindera---- ke jiwa: atom-atom obyek bersentuhan
dengan atom-atom jiwa.
Karena atom tidak memiliki kualitas, maka setiap benda juga tidak
mempunyai kualitas. Jadi apa yang disebut kualitas itu hanyalah anggapan subyek belaka tentang obyek yang ditanggapi. Dengan kata lain kualitas itu
subyektif belaka.
Pancaindera tidak dapat dipercaya sebagai “piranti” pengetahuan yang
memadai. Orang harus condong pada rasio. Jiwa juga terdiri dari atom-
atom, maka proses pengenalan adalah proses jasmaniah belaka.
5. Tentang Etika:
Ideal tertinggi dalam hidup: euthymia, yaitu keadaan batin yang sempurna.
Harus diwujudkan keseimbangan-keseimbangan, kesenang-an dan
kesusahan, kenikmatan dan perpantangan. Seyogyanya manusia
mengalami kesenangan yang sebanyak mungkin dan kesusahan yang
sedikit mungkin. PERIODE YUNANI KUNO
PARA SOFIS
Abad ke-5 SM kata Sofis berarti orang-orang yang bijaksana, “orang yang
memiliki keahlian tertentu”. Di lain pihak, istilah sofis bergeser artinya menjadi “guru
bayaran keliling”. Di kemudian hari istilah sofis menjadi negatif: “seorang penipu daya
cerdik dengan argurnentasi yang menyesatkan”.
Maka Sofisme bukanlah mazhab yang terorganisir, tetapi lebih merupakan
gerakan intelektual yang sedang “ngetrend” saat itu. Hal itu disebabkan karena:
1. Keadaan polis Athena yang kian maju dalam bidang politik, ekonomi, sosial
budaya.
2. Untuk mengimbangi kemajuan-kemanjuan tadi para kaum muda membutuhkan
pendidikan yang Iebih tinggi.
3. Peraturan-peraturan etis menjadi dipersoalkan: apakah bersifat kodrati atau adat
kebiasaan yang dibuat dan dijalankan secara ajeg (nomos).
Karena ketiga alasan itulah gerakan sofisme merebak dan populer kala itu.
1. Masa Sokrates ( 469 – 399 SM ) dan kaum sofis
a. Sokrates sebagal tonggak periode filsafat
Dia tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya dikenal melalui para muridnya,
terutama Plato. Dia dijadikan tonggak peniodisasi filsafat karena dia
“memindahkan filsafat dan langit ke bumi”; dan persoalan alam ke masalah
manusia.
b. Kaum Sofis
Sofis dari kata “sophia” (bijaksana). Kaum sophis semula bermakna positif
sebagai kaum terpelajar/cendekiawan, namun kemudian bermakna negatif.
c. Persamaan antara Sokrates dengan Kaum Sophis
1) Mereka memajukan pendidikan dan pengajaran masyarakat khususnya
kaum muda.
2) Mereka mengarahkan perhatiannya kepada masalah diri manusia dan etika.
3) Keutamaan hidup dicapai melalui belajar, tak hanya latihan.
4) Mereka bertitik tolak dari pengalaman dan kehidupan konknit.
d. Perbedaan antar Sokrates dengan Kaum Sophis
1) Kaum Sophis mengaku sebagai cendekiawan dan bijaksana; sedangkan
Sokrates tidak. Sokrates hanya pecinta kebijaksanaan (philosophos). 2) Kaum Sophis mau mengajar dengan bayaran; Sokrates dengan tulus
ikhlas.
3) Bagi Sokrates ada kebenaran umum yang objektif. Kaum Sophis menganut
sikap relativisme dan menolak kebenaran umum itu.
4) Bagi Sokrates kebenaran setalu terkait dengan moral/etik, tak hanya teoritik
sebagai bahan perdebatan seperti Kaum Sophis.
e. Metode Sokrates
1) Seni kebidanan (maieutike tekhne); seperti pekerjaan ibunya.
2) Dialektika/dialog (percakapan).
3) Perintisan metode induksi dan deduksi.
f. Ajaran etika Sokrates
1) Lebih mementingkan jiwa manusia daripada raga.
2) Untuk mencapal kebahagiaan (eudaimonia rohani). Manifestasinya ialah
kebaksanaan dan keutamaan (arete).
3) Keutamaan dicapai tidak melalui moral, tetapi melalui pengetahuan.
g. Ajaran Sokrates tentang negara
Dia menolak demokrasi dengan alasan bahwa pengaturan negara harus
dipegang oleh orang yang benar-benar bijaksana dan berpengetahuan.
2. Pengikut Sokrates (The Minor Socraties)
a. Mazhab Megara; tokohnya Euklides
1) Keutamaan diperoleh melalui pengetahuan yang diajarkan dalam
pendidikan.
2) Realitas hanya satu (monistik), yaitu yang baik.
b. Mazhab Elis & Eretria; tokohnya Phaidon & Menedemos
1) Keutamaan dicapai dalam filsafat, khususnya etika.
2) Etika merupakan obat untuk mencapai kebebasan sempurna.
c. Mazhab Sinik; tokohnya Antisthenes
1) Tidak ada pengertian umum; yang ada itu individual.
2) Keutamaan berupa kepuasan pribadi (autarkea); bebas dan pengaruh
duniawi dengan kesederhanaan; menolak kesenangan jasmani.
3) Keutamaan menuju kepada kebahagiaan denga jujur dan berbudi dengan
azas kebaikan mutlak.
d. Mazhab Kirena; tokohnya Aristippos
1) Menekankan pada kesenangan jasmani (hedonistik). 2) Kesenangan tergantung pada individu (nominalistik).
3) Kesenangan hanya didapatkan sekarang dan langsung.
3. Plato (427-347 SM)
a. Tahap pemikirannya (3 periode)
1) Sepenuhnya ikut Sokrates.
2) Mengikuti jalan pikirannya sendiri (dalam masalah dunia idea dan masalah
negara).
3) Terarah ke hal praktis/alami.
b. Ajaran tentang idea-idea
1) Idea berbeda dengan istilah modern ide/idea yang secara umum
dimengerti sebagai gagasan yang datang dan subyek.
Idea bukan ciptaan subyek, Ia terlepas dan subyek yang berpikir. Ia tidak
tergantung pada pemikiran, justru sebaliknya: pikiran itulah yang tergantung
pada idea-idea.
Berfikir berarti mengarahkan aktivitas pikiran kepada idea-idea.
Cara memahami idea misalnya: dalam ilmu pasti, bisa ditemukan
bermacam-maacam segitiga secara “fisik inderawi”, akan tetapi idea
segitiga tetap.
2) Dua dunia
- Dunia benda-benda jasmaniah beragam, berubah
- Durila idea tetap
Hubungan dua dunia:
- Idea tidak terpengaruh dengan dunia jasmaniah, idea-idea justru
mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmaniah.
- Idea-idea “hadir” dalam benda-benda jasmaniah konkrit, tapi idea-idea
itu tidak berkurang apa-apanya sedikitpun.
- Benda-benda konkrit berpartisipasi pada satu atau Iebih idea. Atas
partisipasinya benda-benda tersebut, idea juga tidak terkurang apa-
apanya.
- ide adalah “model”, Benda-benda konkrit adalah gambaran “tak
sempurna yang menyerupai “model idea” tadi.
Jadi dunia idea adalah dunia tersendiri, yang mandiri, sebagai
“keberadaannya” yang “otonomi”. Bahkan, dunia ide itulah yang sejati.
Dunia jasmaniah/fisik inderawi hanyalah suatu bayang-bayang dunia idea. Dalam dunia idea ada hierarkhi idea dan idea yang tertinggi” idea yang
baik”. Tetapi Plato mengusulkan 5 idea utama yaitu, ada, identik, lain, diam,
gerak.
c. Ajaran tentang Pengenalan
Ada 2 jenis pengenalan yaitu: rasio dan inderawi.
Rasio mengenal dunia idea dengan obyek jelas, tetap, tidak berubah, mutlak
yang disebut dengan istilah episteme (knowledge).
Inderawi mengenal dunia benda-benda jasmaniah dengan obyek relatif,
berubah-ubah yang disebut dengan istiah doxa (opinion)
Dengan demikian Plato mengatasi pertentangan Heraklitos dan Parmenides
dengan pengenalan dan “yang ada”.
Dalam menjawab tentang permasalahan tentang dunia jasmaniah yang
dianggap nyata, Plato menggambarkan bahwa:
Manusia sebagai tahanan yang dibelenggu dalam gua. Menghadap dinding
gua. Di gua ada nyala api dan ada budak-budak lalu lalang dekat api ---- orang-
orang tahanan tadi melihat bermacam-macam bayangan.
Bayangan itulah yang dianggap realitas.
Ketika tahanan dibawa keluar dan gua, mereka merasa telah mengetahui
realitas dan ketika mata mereka menatap matahari matanya silau, padahal
itulah realitas yang sejati. Matahari adalah dunia idea, sedangkan bayang-
bayang para budak adalah benda-benda jasmaniah yang dianggap realitas
yang sesungguhnya. ltulah kekeliruan manusia pada umumnya.
d. Ajaran tentang Manusia (Jiwa dan raga)
Plato membagi manusia atas jiwa dan raga (badan). Keduanya berdiri “sendiri-
sendiri”. Keduanya dianggap sebagai dua substansi yang berbeda.
Bahkan tubuh atau badan dianggap sebagai penjara jiwa. Jiwa bersifat
baka/kekal, immortal dan sebelum jiwa ke dunia ini, ia sudah punya “pra
eksistensi”. Pada masa itulah sebenarnya jiwa sudah mengenal idea-idea.
Maka pengenalan adalah pengingatan kembali terhadap idea-idea semasa jiwa
masih dalam “pra eksistensi” (sebelum datang “menyusup ke dunia ini”). Dan
peran doxa adalah menolong ke episteme.
Menurut Plato, Jiwa itu terdiri dari 3 bagian, yang masing-masing menjalankan
fungsinya:
1. Rasional-----kebijaksanaan-----kepala
2. Keberanian-----kegagahan-----dada 3. Keinginan-----pengendalian diri-----dada
Sedang yang bertugas menjamin keseimbangan antara ketiga bagian jiwa tadi
adalah keadilan.
Ajaran ini kemudian terkenal sepanjang jaman dan dikenal sebagai “The
Cardinal Virtues” yakni:
Temperance (kesederhanaan)
Fortitude (ketabahan)
Prodence (kebijaksanaan)
Justice (keadilan)
Plato juga menggambarkan bahwa jiwa rasional bagaikan kusir yang
mengendalikan 2 ekor kuda bersayap.
Jiwa rasional (sais) mengendalikan keberanian yang bertujuan ingin keatas ke
dunia idea disamping itu juga mengendalikan keinginan yang bertujuan ke
bawah (ke bumi).
Tentang Jiwa dunia bahwa Plato menggambarkan jagad raya sebagai
makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos. Akan tetapi, jiwa dunia/
jagad raya diciptakan lebih dulu daripada jiwa manusia.
e. Ajaran tentang negara
1) Plato menggaambarkan negara ideal terdiri dan 3 bagian:
Yang pertama golongan tertinggi (kepemimpinan) yang memerintah adalah
para filsuf yang bijaksanaan yang mengatur dengan kearifan dan
kebijaksanaan.
2) Yang kedua golongan pembantu (para prajurit) yang menjaga keamanan
dengan kegagahan dan keberanian.
3) Yang ketiga golongan terendah (petani, tukang batu) yang berproduksi,
mencukupi keperluan hidup atau pekerja yang mengendalikan diri.
Setiap golongan memainkan peranan masing-masing, tanpa campur tangan
golongan yang satu terhadap yang lain. Yang memungkinkan semua itu adalah
keadilan. Sebagaimana ajarannya tentang jiwa, ketiga golongan akan
selaras/harmonis oleh prinsip keadilan.
Maka negara idea menurut Plato bukan demokrasi, tapi anistokrasi. (aristo :
yang baik, kratein: yang berkuasa)
f. Bentuk pemenintahan
Negara yang memiliki UUD, terbaik monarkhi, yang terjelek demokrasi.
Negara yang belum memiliki UUD yang terbaik adalah demokrasi, yang terjelek
adalah monarkhi. 4. Aristoteles (384 – 322 SM)
a. Tahap pemikirannya (3 periode)
1) di Akademi Plato mengikuti ajaran Plato
2) di Assos dia mengkritik ajaran Plato tentang Idea
3) di Athena dia berbalik dan spekulatif ke empirik (konkrit, individual)
b. Logika
1. Nama dan fungsi Logika
lstilah logika diperkenalkan Cicero (pada abad 1 SM), yang berarti seni
berdebat. Kemudian Alexander Aphrodisias memakai istilah logika dalam
arti sekarang, yakni suatu kajian tentang valid atau tidaknya penalaran.
Aristoteles sendiri menggunakan dua nama yakni
• Analytica yakni argumen dengan premis-premis yang jelas-jelas benar.
• Dialectica yakni argumen dengan hipotesis.
Aristoteles membuat kenangka ilmu sebagai berikut:
limu dibagi menjadi:
• ilmu praktis yang terdini dan etika, politika
• produktif yang terdini dani teknik, kesenian, kedoktenan.
• teoritis yang tediri dan fisika, matematika, filsafat.
Logika “bukan ilmu” melainkan alat/piranti/organon bagi ilmu-ilmu.
Aristoteles sering dibeni gelar Bapak Logika, meski filsuf sebelumnya dia
sudah “bermain logika” (secara implisit), tapi baru Aristoteleslah yang
memberikan uraian sistematis tentang logika.
2. lnduksi dan deduksi
lnduksi adalah jalan pikiran yang dimulai dan kasus-kasus khusus untuk
kemudian menarik kesimpulan untuk yang bersifat umum.
Deduksi adalah jalan pikiran yang dimulai dan hal-hal yang bersifat umum
dan jelas-jelas benar untuk kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
khusus.
3. Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga putusan.
• semua kepala negara kelak pasti mati --------------------- premis mayor
• Bill Clinton adalah kepala negara ---------------------------- premis minor
• Bill Clinton kelak pasti mati ------------------------------------konklusi
4. Pengenalan Rasional
Meski semua makluk hayati mempunyai jiwa, tapi hanya mahluk manusia
sajalah yang memiliki rasio. Rasio ini tidak hanya menangkap satu aspek
sebagaimana indera, melainkan menangkap segala sesuatu yang ada. Yang ditangkap rasio adalah esensi (hakikat) suatu benda. Rasio dibagi
menjadi 2 yakni:
a. rasio pasif (intelectus possibilis), bagian rasio ini “menenima esensi”
b. rasio aktif (intelectus agens), bagian rasio ini “melepaskan esensi”
Dan cara rasio menangkap esensi dengan abstraksi.
c. Metafisika
1. Tentang istilah metafisika
Sesungguhnya Aristoteles sendiri tidak memakai istilah metafisika. lstilah itu
mula-mula digunakan Andronikos dan Rhodos untuk menamai ajaran-
ajaran Aristoteles sesudah ajarannya tentang fisika.
Tetapi ada sinyalemen bahwa istilah metafisika telah digunakan oleh
Ariston dan Keos, bahkan jauh sebelum itu, istilah metafisika telah
digunakan oleh pengikut Aristoteles yang pertama.
Aristoteles sendiri menggunakan beberapa nama:
a) metafisika: sophia (kebijaksanaan)
kebijaksanaan: ilmu pengetahuan mencari prinsip-prinsip yang
fundamental.
b) metafisika : to on hei on ilmu pengetahuan yang mempelajari “yang
ada” sejauh “ada” yakni menyelidiki kenyataan seluruhnya, menurut
aspek seumum-umumnya.
c) metafisika: filsafat pertama ilmu pengetahuan yang menyelidiki
substansi yang tetap, tak berubah. Dalam konteks ini metafisika
kadang-kadang disebut dengan teologi.
Dunia idea yang “diciptakan” Plato itu tidak bisa diterima. Bagi
Aristoteles, kenyataan/realitas benda-benda adalah “dirinya sendiri”.
Dunia ide yang dimaksud Plato tidak lain adalah bentuk-bentuk yang
tidak “mengasingkan” diri di dunia lain (idea-idea), melainkan lekat pada
setiap benda secara individual.
Menurut Aristoteles setiap benda memang punya esensi tapi bukan
“terpisah” dan “ada” di dunia lain (dunia ide). Esensi tiap-tiap benda
adalah pada benda itu sendiri. Rasio mampu menangkap esensi ini
dengan jalan abstraksi (“melepaskan”).
Penampilan benda-benda yang tercerap indera tidak menunjukkan “inti”,
“hakikat”, “substansinya”, melainkan hanya aksidensianya. Dan untuk sampai pada esensi, harus “melepaskan” aksiden-
aksidennya. Itulah yang disebutjalan abstraksi.
Untuk itu Aristoteles mengajarkan 10 kategori:
1. substansi
2. kuantitas
3. kualitas
4. relasi
5. ruang
6. waktu
7. aksi
8. pasi
9. posisi
10. keadaan
d) Teologia
Bahwa “gerak” yang terjadi dalam jagad raya disebabkan oleh
“penggerak pertama”. Penggerak ini terlepas dari sifat materi, karena
sifat “materi” rnempunyai potensi untuk bergerak. Maka penggerak
pertama adalah “aktus murni” yang immaterial, non jasmani.
Sedangkan “aktus murni” ini aktivitasnya adalah “memikir”. Obyek
pemikirannya adalah yang paling tinggi dan paling sempurna. Itu tidak
lain adalah “pemikirannya sendiri”. Maka, Tuhan adalah “pemikir yang
memikirkan pikirannya sendiri”.
d. Etika
Tujuan tertinggi hidup manusia adalah eudamonia (“kebahagiaan”). Eudaimonia
bukanlah bersifat subyektif, melainkan suatu keadaan manusia sebegitu rupa
sehingga segala sesuatu yang termasuk keadaan bahagia harus terdapat pada
manusia.
Kebahagiaan bukan hanya dalam potensia, melainkan diaktualkan dalam suatu
aktivitas. Aktivitas yang layak bagi manusia adalah mengikuti physisnya,
kodratnya; yang menunjukkan perbedaan sekaligus keunggulannya dan
mahluk-mahluk lain adalah rasionya. Maka kebahagiaan tertinggi adalah dalam
aktivitas rasionya, akan tetapi berfikir bukanlah asal berfikir, melainkan berfikir
yang disertai keutamaan
Keutamaan dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Keutamaan moral (putusan, tindakan senantiasa mengambil jalan tengah
diantara 2 yang ekstrim. b) Keutamaan intelektual. Dimana pada bagian ini dibagi menjadi 2 yang
pertama kebijaksanaan teoritis (senantiasa mengenal kebenaran secara
ajeg) dan kebijaksanaan praktis (mengambil sikap dengan arif-bijaksaana).
e. Psikologi
Psykologi menyelidiki segolongan mahluk yang memliki psykhe (tumbuh-
tumbuhan, hewan, manusia)
1) Tentangjiwa
Mula-mula Aristoteles mengikuti Plato, jiwa memiliki “pra eksistensi” dan
keabadian. Jiwa dan badan adalah 2 substansi yang terpisah (dalam
eudemos).
Dikemudian hari, dalam de anima, ia berpendirian lain sama sekali.
“Jiwa” aktus yang pertama dari suatu badan organik. Disebut “aktus
pertama” karena ia merupakan aktus yang fundamental, yang menjadi
“sumber/penyebab” yang utama dan aktus-aktus sekunder.
2) Pengenalan inderawi
Indera menenima/menyerap bentuk (tanpa materi) benda-benda. Indera
”menerima” bentuk-bentuk itu dalam salah satu aspek saja sesual dengan
kemampuannya, misalnya mata melihat, telinga mendengar.
Dalam pada itu, organ-organ indera yang menangkap bentuk-bentuk/
kualitas benda yang dicerap, tidak mempunyai kualitas secara aktual pada
dirinya sendiri. Namun organ-organ indera mempunyai potensi akan
kualitas-kualitas tadi. Maka pengenalan inderawi adalah peralihan dari
potensi aktus. Organ-organ indera yang secara potensial mempunyai
kualitas, menjadi memiliki/mengenal kualitas secara aktual lewat
cerapannya terhadap benda-benda. Dengan kata lain pengenalan inderawi
adalah proses peralihan dan potensi ke aktus.
3) Physis
Semua benda alamiah (tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan keempat
anasir, yaitu air, tanah, udara, api) mempunyai physisinya, bertumbuh-
berkembang, mempertahankan diri. Dalam konteks yang demikian, istilah
physis berarti semacam kodrat.
lstilah physis menunjuk arti yang luas yaitu keseluruhan mahluk yang
mempunyai physis sebagai prinsip intern dan bekerja sama secara selaras. lstilah physis kadang-kadang juga berarti, “alam” atau “nature”. Di kemudian
hari sering dijumpai nature dalam bahasa inggris yang bukan saja berarti
alam, tetapi juga bisa memliki arti “sifat-sifat bawaan”.
4) Teleologi
Tiap-tiap mahluk, karena mereka mempunyai sifat physis bukanlah suatu
kebutulan yang membuta, melainkan mempunyai tujuan (teleologi).
Dengan ini Aristoteles mengkritik filsuf-filsuf atomis yang menganggap atom
bergerak “membuta” ke segala arah tanpa tujuan. Bagi Aristoteles mustahil
segala sesuatu berlangsung tanpa tujuan. Setiap hal benda/peristiwa pasti
mempunyai penyebab timbulnya final atau tujuan.
5) Kosmologi
Dua wilayah jagad raya yang pertama yaitu bulan, planit-planit, bintang-
bintang, anasir tunggai (aether) dan bumi yang dibagi menjadi 2 yaitu badan
tunggal (terdiri dan satu anasir) dan badan majemuk (lebih dan satu anasir).
Jagad raya bersifat azali dan abadi.
Jagad raya berbentuk bundar dan ada batasnya. Bumi juga bundar dan
tetap “diam” dalam pusat jagad raya (geosentris). Setiap yang bergerak,
menerima gerak dari sesuatu yang lain. Begitulah, menggerakkan dan
digerakkan ini berantai terus menerus. Akan tetapi mustahil bahwa “gerak
menggerakkan ini” tak terhingga. Maka pasti ada “penggerak pertama”
suatu penggerak yang tidak digerakkan (unmoved mover).
Karena jagad raya bersifat azali — abadi, maka harus dikatakan bahwa
“penggerak pertama” juga azali-abadi. Ia tidak bersifat jasmaniah. inilah
yang dimaksud dengan Tuhan.
f. Fisika
1) Kajian fisika
Gerak dibagi menjadi 2 yaitu gerak yang dipaksa dan gerak spontan/
aiamiah.
Dalam gerak spontan/alamiah dibagi menjadi 2 yaitu gerak substansial:
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dan gerak aksidental: sesuatu menjadi
lain.
Sedangkan kajian fisika Aristoteles adalah gerak spontan/alamiah, harus
difahami, bahwa yang dimaksud “gerak” bukan sekedar “pergeseran”, akan
tetapi segala macam perubahan.
Jalan keluar perdebatan Heraklitos dan Parmenides Analisis gerak: Gerak tidak lain adalah peralihan dan potensi ke aktus. Jadi “yang ada”
dapat dianalisis “yang ada menurut potensi” dan “yang ada menurut aktus”.
2) Hylemorfisme
Paralel dengan potensi dan aktus Aristoteles juga membedakan antara
“materi” dan “bentuk”.
Segala “kejadian”, “peristiwa” (apapun di dunia ini tentu berupa “peristiwa”)
adalah berpadunya materi dan bentuk. lstilah materi tidak hanya difahami
dalam konteks benda-benda material. Materi adalah azas realita yang
masih dalam potensi. ltulah materi yang fundamental, yang pada dirinya
belum ada “bentuk”. Akan tetapi pada dirinya ada potensi untuk menjadi
aktual.
Materi dan bentuk senantiasa “saling mengandaikan”, “saling membutuh-
kan” bagi terwujudnya “suatu peristiwa”.
3) Empat penyebab:
Tugas ilmu pengetahuan mencari penyebab. Tiap peristiwa disebabkan
oleh 4 hal yaitu:
1. penyebab efisien (efficient causa)
2. penyebab final (final causa)
3. penyebab material (matterial caussa)
4. penyebab formal (formal causa)
g. Politik
Manusia itu “zoon politikon” (mahluk yang hidup dalam polls yang menurut
kodratnya membutuhkan orang lain bagi hidupnya). Kenyataan menunjukkan,
bahwa manusia membutuhkan sesamanya, dan mulal persekutuan hidup
terkecil (rumah tangga/keluarga) sampai persekutuan tertinggi (polis/negara).
Keadaan saling membutuhkan dan saling mencukupi itulah yang mampu
membuat polis “mandiri”. Sedang tujuan polis/negara adalah agar manusia
hidup dengan baik.
h. Tentang pengelolaan/pemerintahan Negara
Pengelolaan/pemerintahan yang baik adalah yang berkiblat pada pemenuhan
kebutuhan/kepentingan warganya, sedangkan yang buruk adalah yang
berkiblat pada pemenuhan kepentingan pengelola/penguasa.
Berdasarkan jumlah personel penguasa dan sifat-sifatnya Arstoteles membagi
tiga-tiga.
Yang buruk Jumlah penguasa Yang baik
Tirani satu orang monarkhi
Oligarkhi beberapa orang aristokrasi
Demokrasi banyak orang politeia
Diantara yang baik, Aristoteles mengatakan yang ideal adalah polititeia yaitu
demokrasi demokrat, demokrasi dengan undang-undang dengan cara memilih
wakil-wakil yang dianggap cakap untuk memerintah atau mengelola negara,
yakni mereka yang mengerti “yang baik” bagi warga negaranya. FILSAFAT HELLENISME DAN ROMAWI
Filsafat Hellenisme adalah filsafat pada masa sesudah Aristoteles sampai kira-kira
abad pertama masehi. Sebutan Hellenisme menunjukkan bahwa pada masa ini
dikuasai oleh corak kebudayaan Yunani. Pada masa ini muncul berbagai aliran filsafat,
yang sebagian bersifat etik dan yang lain bersifat religius. Dengan penekanan pada
etika, filsafat periode ini dinilai agak menurun. Hal ini karena pengaruh kekuasaan
pemerintahan kekaisaran Romawi.
A. Epikurisme (EPIKUROS, 341 – 270 SM)
1. Ajaran Etika:
Aliran ini bersifat etis dengan menekankan pada Kebahagiaan manusia,
ketenangan batin (ataraxia) dan mencapai tujuan hidup manusia yang berupa
kenikmatan atau kepuasan (hedone). Ketenangan batin dapat tercapai jika
bebas dan tiga sumber ketakutan, yaitu: 1. takut pada murka dewa, 2. takut
pada mati, 3. takut pada nasib.
Alasannya:
1. Tidak perlu takut kepada murka dewa karena dewa tidak ikut campur dalam
urusan dunia ini. Kehidupan ini digerakkan oleh atom-atom.
2. Tidak perlu takut kepada mati, karena setelah mati, jiwanya larut ke dalam
atom-atom. Setelah mati orang tak merasakan apa-apa.
3. Tidak perlu takut pada nasib karena yang menguasai hidup dan perbuatan
kita adalah kita sendiri. Nasib itu tidak ada.
2. Ajaran fisika; Atomik dan materialistik
Dasar segala sesuatu adalah atom. Dalam jagad raya segala benda tersusun
dari atom-atom, yang semuanya kekal dan tak terbatas. Jiwa atau tubuh halus
juga merupakan atom dengan bentuk bulat dan licin.
3. Ajaran Logika: empirik
Sumber pengetahuan adalah pengalaman indera
B. Stoisisme (ZENO 336 – 264 SM)
a. Nama stoa dari “stoa poikile” (gang diantara tiang-tiang), yaitu tempat
penyebaran aliran ini.
b. Hubungan antarfisika, logika dan etika
Fisika merupakan ladang dengan tumbuhannya, logika adalah pagarnya; dan
etika merupakan buahnya c. Ajaran fisika
Hanya ada satu dunia, yaitu dunia pengalaman yang jasmani, sementara alam
ini terdiri dari dua unsur, yaitu:
1. yang pasif, berupa bahan atau materi.
2. yang aktif, berupa akal/budi yang menjiwai materi. Dunia dikuasai logos,
yaitu akal atau rasio ilahi. Keteraturan alam merupakan harmoni.
d. Ajaran teologi; alam sama dengan Tuhan
Segala aturan berjalan alamiah (natural) yang bersumber dari hukum logos,
sebagai nasib yang tidak dapat berubah. Tuhan juga sesuatu yang jasmaniah
dan bersifat kebendaan. Kekuatan ilahi sama dengan kekuatan alam.
Kejahatan itu tidak ada, kejahatan hanyalah semu, karena hanya dilihat dan
satu sisi saja.
e. Ajaran Etika
Manusia adalah bagian dari alam yang harmonis. Manusia harus harmonis atau
selaras dengan dininya sendiri, yaitu dengan akalnya. Kebajikan adalah akal,
budi yang lurus dan harmoni dengan alam. Aturan alam sebagai nasib harus
diterima dengan suka cita agar bahagia. Kebajikan yang tertinggi adalah
kebijaksanaan kunci. Kunci kebijaksanaan adalah melepaskan segala rasa dan
terbebas dan segala nafsu.
C. Skeptisisme (PYRRHO, 365 – 275 SM)
a. Skepsis artinya ragu-ragu, dasar ajarannya adalah relativisme.
b. Ajaran etikanya didasarkan pada logika berikut:
Orang tidak bahagia karena pengetahuannya salah dan selalu tidak pasti.
Pengetahuan indera dan akal tidak ada yang pasti. Setiap dalil, hukum dan
norma dapat sekaligus benar dan salah. Agar tidak banyak salah maka
bertindaklah sesedikit mungkin. Kebahagiaan dan kebaksanaan sebagai kunci
ketenangan hidup dapat tercapai jika orang tidak berbuat dan mengambil
keputusan. Sikap hidup yang harus diambil adalah meragukan segala sesuatu.
D. Neopythagorisme (Appolonius, Abad pertama SM)
a. Ajarannya bersifat religius yang berbentuk eklektis, yakni pencampuran antara
beberapa aliran pemikiran dan kepercayaan. Aliran ini diwarnai oleh ajaran
Pythagoras, Plato, Aristoteles dan Stoa.
b. Corak Pythagoras adalah prinsip bilangan c. Pengaruh dan Plato adalah dualisme jiwa-badan, dan terkurungnya jiwa dalam
badan.
d. Pengaruh dan Aristoteles ialah pembagian daya manusia yang terdiri dari:
• daya rohani (nous)
• daya akal (dianola)
• daya pengamatan indrawi (aisthesis)
e. Pengaruh dan Stoa adalah ajaran yang menyatakan bahwa tak ada perbedaan
antara Ilahi dengan dunia benda. Bahwa dunia ini berasal dari jiwa-dunia
sebagai “demiourgos” (sang tukang).
E. Neoplatonisme (Plotinus, 204 – 270 M)
a. Aliran ini bercorak Platonis, karena banyak dipengaruhi oleh pandangan Plato,
namun mempunyai bentuk baru (neo).
b. Corak Platonis dalam dua hal:
1) Dualisme Plato antara dunia ini dan dunia idea ditingkatkan ke arah
kesatuan yang lebih tinggi, yaitu antara arus kehidupan di alam ini dengan
“Yang llahi”.
2) Dunia idea Plato sebagai wujud sejati, yang bersumber dan idea tertinggi,
idea kebaikan, oleh Plotinus diberi bentuk baru dengan menempatkan
Tuhan sebagai wujud tertinggi yang menjadi sumber segala wujud yang
lain. Hubungan antara Tuhan, Yang liahi, dengan wujud Iainnya terjalin
melalui proses “emanasi” (pancaran, pengaliran, pelimpahan).
c. Teori Emanasi
Semua wujud mengalir dari Yang Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa, secara
bertahap dari tingkat tertinggi ke tingkat yang lebih rendah. Tahap-tahap
emanasi adalah:
1) Dari Tuhan Yang Esa (to Hen) mengalirlah nous (roh Ilahi).
2) Dari nous mengaliriah jiwa dunia, termasuk jiwa manusia (psukhe) sebagai
gambaran nous.
3) Dari jiwa dunia mengalinlah benda (me on), termasuk tubuh manusia.
d. Ajaran tentang manusia terdiri dari 3 substansi:
1) Roh (nous), yang berkaitan dengan Yang Ilahi.
2) Jiwa (psukhe) yang berupa kesadaran.
3) Tubuh (soma).
e. Ajaran Etika
Tujuan hidup manusia ialah bersatu kembali dengan Tuhan, yang disebut
“remanasi”, dengan melalui 3 tahap:
1) Berbuat kebajikan umum (virtues).
2) Berfilsafah (kontemplasi, perenungan mendalam).
3) Hidup mistik (persatuan dengan Tuhan). PATRISTIK
A. Pengertian
a. Patristik ialah zaman pemikiran Kristiani yang dikuasai oleh para “pater” (bapak
gereja). Mereka berfilsafah untuk kepentingan agama Kristen. Dalam
menghadapi filsafat Yunani Kuno, sebagian menolak sama sekali, sebagian
Iainnya dapat menerimanya.
b. Ciri atau corak Patristik
1) Dasar pemikirannya ialah kitab Injil (wahyu).
2) Para filsuf adalah pater sekaligus pemimpin gereja.
3) Kebenaran muncul sebagai kaum apologit (pembela agama).
4) Masalah-masalah yang timbul: hubungan akal dan wahyu, ketuhanan,
penciptaan, dan hubungan manusia-Tuhan.
B. Kaum Apologit
a. Ajaran pokok:
1) Tuduhan amoral terhadap umat Kristen adalah fitnah.
2) Mereka menentang kepercayaan banyak Tuhan/Dewa. Hanya ada satu
Tuhan yang trasenden.
3) Kristus adalah Logos yang membagi-bagikan benih logos kepada seluruh
manusia. Lawan logos adalah “demon” (iblis)
b. Justinus de Martyr (100-165 M)
1) Ia tidak menolak filsafat Yunani.
2) Tentang penciptaan ia berbeda dari Plato. Bagi Plato, mahluk tercipta dari
bahan yang telah ada. Justinus berprinsip creatio ex nihio, sesuai wahyu.
3) Agama Kristen Iebih tua daripada filsafat Yunani karena telah dinobatkan
pada Musa (2300 SM).
c. Tertullianus (160-222 M)
1) Kebenaran dan kebijaksanaan hanya ada di kitab suci.
2) Filsafat Yunani telah digantikan oleh wahyu.
3) Credo qua absurdum est (saya percaya justru karena tak masuk akal).
C. Aris dan Athanasius
a. Mereka bertentangan dalam memahami Yesus (Isa).
b. Menurut Aris, bahwa Yesus ialah manusia biasa sebagai utusan Tuhan. Yesus
bukan Tuhan Allah dan bukan anakNya. c. Menurut Athanasius, bahwa Yesus adalah anak Tuhan Allah. Ajaran ini
kemudian membentuk ajaran Trinitas dalam agama Kristen.
D. Aliran Gnostik
a. Kata Yunani gnosis berarti pengetahuan. Aliran ini mengajarkan upaya
kelepasan menuju Tuhan dan iman ke pengetahuan (gnosis, makrifat). Aliran
ini adalah hash peleburan dan berbagai gagasan dalam filsafat Yunani Kuno
dan Kitab Suci Kristen.
b. Corak ajaran:
1. Ada pertentangan mutlak antara roh sebagai asas kebaikan dan benda
sebagai asas kejahatan.
2. Penciptaan bukan oleh Tuhan, tetapi oleh tokoh rohani yang lebih rendah.
3. Kelepasan hanya dapat dicapai oleh sekelompok kecil orang yang berhasil
naik dan iman ke gnosis.
E. Agustinus
a. Karya-karya:
1. De Trinitate (Tentang Trinitas).
2. De Civitate Del (Tentang Negara Tuhan).
3. Confessiones (Pengakuan-pengakuan).
b. Ketuhanan
1. Dasar kepastian dan kebenaran bersumber dan Tuhan, zat yang metafisis.
2. Tuhan mengatasi segala pengertian dan pengetahuan manusia.
3. Pengetahuan manusia tentang Tuhan menampakkan “ketidaktahuan”.
Tuhan bukan sesuatu. Tuhan bukan ini bukan itu.
4. Ajaran Trinitas: Tuhan Esa dalam zatNya, tiga dalam pribadiNya.
c. Penciptaan
1. Menganut prinsip creatio ex nihilo.
2. Dasar penciptaan adalah Logos (akal) dan hikmat (kebijaksanaan) Tuhan.
3. Dalam akal Tuhan ada ide-ide Ilahi. Semua penciptaan berpartisipasi dan
ide-ide Ilahi ini. Manusia berperan dan berpartisipasi dengan akalnya. PERIODE SKOLASTIK
A. Pengertian
a. Istilah Skolastik
Setelah zaman Patristik, sejak akhir abad V dan awal abad VI filsafat berhenti
sampai kira-kira awal abad IX. Filsafat Patristik sesungguhnya masih bercorak
Hellenis, namun filsafatnya telah menembus agama Kristen, sehingga warna
teologi Kristen sangat kuat.
Setelah muncul Augustinus (354-430 M) sebagai puncak Patristik, filsafat justru
berhenti, karena keadaan yang kacau. Filsafat berkembang lagi pada masa
pemerintahan Karel Agung (742- 814 M) dan memasuki masa Skolastik, yang
disebut Abad Pertengahan.
Masa Skolastik didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah
diusahakan di sekolah-sekolah. Pelajaran sekolah meliputi studi duniawi yang
terdiri dan 7 kesenian bebas (artes liberales) yang dikelompokkan dalam:
1. trivium (3 pelajaran bahasa) : gramatika, retorika, dan dialektika.
2. quadravium (4 pelajaran matematika) : aritmatika, geometri, astronomi, dan
musik.
Semua pelajaran ini dimaksudkan untuk mempersiapkan kepada pelajaran
yang Iebih tinggi, yaitu teologia, untuk menjadi sarjana. Berikutnya 7
kesenian bebas berkembang menjadi studi filsafat, terutama filsafat
Aristoteles.
b. Corak umum
1. Menekankan pengetahuan yang digali dari buku-buku.
2. Jagat raya dipelajari, namun bukan menelitinya secara empirik, melainkan
dengan menggali pendapat para filsuf Yunani Kuno.
3. Corak filsafat skolastik berpusat pada Kitab Suci dan Tuhan (teosentris).
4. Masalah pokok: hubungan akal-wahyu, ketuhanan dan universalia.
B. Awal Skolastik (abad IX-Xll)
a. Johanes Scotus Eriugena (818-870 M)
1. Persoalan akal dan wahyu:
• Filsafatnya berdasarkan iman Kristen.
• Penelitiannya dimulai dan iman.
• Wahyu dipandang sebagai sumber bahan filsafatnya. • Akal bertugas mengungkapkan arti sebenarnya dari wahyu dengan
bahan filsafat.
• Arti yang benar ditemukannya melalui tafsiran allegoris (kiasan).
2. Persoalan universalla (pengertian umum)
• Semakin umum sifat sesuatu, semakin nyata sesuatu itu.
• Yang paling umum itulah yang paling nyata.
• Zat yang mempunyai sifat paling umum tentu mempunyai realitas
tertinggi, yaitu alam semesta, karena seluruh wujud adalah satu.
3. Empat bentuk wujud alam
a. Alam yang menciptakan dan tidak menciptakan, yaltu:
• Tuhan Allah sebagai satu-satunya realitas yang tersempurna.
• Sebutan tentang sifatNya sebaiknya negatif, bahwa Tuhan bukan
apapun.
b. Alam yang menciptakan dan diciptakan
• Teofani pertama, yaitu dunia idea.
• Logos yang berwujud dan berpikir.
c. Alam yang diciptakan dan tidak diciptakan
• Teofani kedua, yaitu realisasi dalam dunia ini.
• Jagat raya ini tercipta dari Roh Kudus atas kasih Tuhan.
• Alam ini adalah perubahan dari dunia idea ke dunia gejala.
d. Alam yang tidak menciptakan dan tidak diciptakan
• Tuhan dalam bentuk alam keempat sebagai tujuan akhir segala
sesuatu.
• Tuhan sebagai tujuan (teleologis) dalam upaya remansi yang
mengikuti emansi.
4. Etika:
- Ajaran etikanya bercorak mistik
- Manusia harus berusaha menuju kepada kesatuan dengan Tuhan, yang
melampaui pengetahuan akal dan pengalaman indrawi.
b. Ultra Realisme, tokohnya Willem dari Champeaux (1070-1121)
1. Berdasarkan pandangan realisme Plato.
2. Bahwa universalia (pengertian umum) itu sungguh-sungguh ada.
3. Wujud universalia terlepas dari wujud individualia (benda satu per satu).
c. Nominalisme, tokohnya Roscellinus dan Compaegne
1. Ajarannya bercorak Aristotelian. 2. Universalia hanyalah nama, hanya sebutan, bukan wujud.
3. Yang wujud adalah benda-benda konkrit (individualia)
d. Petnus Abaelardus (1079-1142)
1. Masalah universalia;
• Dia memberi jalan tengah atas pertentangan antara Ultra-Realisme dan
Nominalisme.
• Bahwa wujud memang ada pada benda-benda konkrit (individualia).
- Universalia tidak benda (res); bukan hanya nama dan pikiran saja,
bukan hanya kata-kata (voces), tetapi bersumber dan wujud individualia.
- Wujud universalla merupakan wujud keseluruhan sifat-sifat yang benar-
benar ada pada individualia, sebagai isi yang ideal (sermo).
• Pandangannya cenderung bercorak Aristotelian.
2. Masalah akal dan wahyu
• Dia rasionalistik, yang menundukkan iman kepada akal.
• Iman harus mau diawasi oleh akal.
• Yang wajib diimani adalah yang telah disetujui oleh akal.
• Pemikiran rasional dihargai dengan menerapkan dialektika pada
teologia.
e. Anselmus (1033-1109)
1. Masalah akal dan wahyu
• Pemikiran dialektika dan akal diterima sepenuhnya bagi teologia.
• Iman didahulukan, sehingga memperoleh kebenaran akal.
• Hubungan iman dan akal dinyatakan dalam prinsip fidex quaerens
intellectum (iman yang berusaha untuk mengerti).
• Prinsip pribadi: credo ut intelligam (aku beriman untuk mengerti).
• Kitab Suci dapat dijelaskan secara rasional dengan pemikiran
mendalam. Dalam hal ini ia dapat membuktikan adanya Tuhan secara
Ontologis.
• Kepastian iman dan wahyu tetap sama tanpa ataupun dengan
pembuktian akal.
• Iman dan akal keduanya datang dan Tuhan.
2. Masalah universalia
• Ia menentang nominalisme.
• Universalia ada dengan nyata, yang bebas dan segala individualia. • Universalia bukan hanya nama, bukan hanya sebutan tetapi mempunyai
realitas.
• Universalia ada sebagai idea-idea dalam diri Tuhan.
C. Puncak Skolastik
a. Perkembangan yang terjadi:
• Abad XII mulai ada pengaruh dari pemikiran Islam (Spanyol), sekaligus
pengaruh dari pemikiran Yunani Kuno.
• Masa ini muncul banyak universitas dengan 4 fakultas teologia, hukum,
kedokteran, dan sastra (artes liberales).
• Pada masa ini timbul ordo-ordo baru, seperti ordi Fransiskan dan
Dominikan.
• Pengaruh pemikiran Anistoteles semakin meluas, terutama Iogikanya.
Filsafat Skolastik juga dipengaruhi oleh ajaran NeoPlatonisme dan
Augustinus.
b. Albentus Agung (1206-1280) dan ordo Dominikan
1. Wahyu (iman dan akal)
Ia mengembangkan pemikiran Aristoteles dan Neoplatonisme. Ia
membedakan antara iman dan akal. Iman Iebih didasarkan pada perasaan
daripada akal. Kebenaran iman tidak dapat dibuktikan dengan akal.
Tentang adanya Tuhan dapat dibuktikan secara “a posteriori”. Karena hal ini
bukan kebenaran iman, tetapi dasar iman. Ia mengikuti Aristoteles, bahwa
Tuhan adalah “Aktus Purus”. Tanpa potensi, sebagai Penggerak Pertama.
Ia mengembangkan penelitian dan eksperimen di bidang biologi dan kimia.
la dipengaruhi oleh Neoplatonismeika menjelaskan tentang penciptaan.
Disini teori emanasi dipakai untuk menjelaskan konsep creatio ex nihilo.
Alam semesta diciptakan Tuhan secara bertingkat-tingkat dari sebab
pertama.
2. Masalah universalia
Universalia hanyalah bentuk tanpa materi
Ada 3 macam bentuk universalia:
a) bentuk dalam kesadaran (akal) Tuhan, yaitu idea dasar yang disebut
universalia ante rem (universalia ada sebelum adanya benda).
b) Bentuk dalam kenyataan, dalam benda yang konkrit yang disebut
universalla in re (universalia ada dalam bendanya sendiri). c) Bentuk yang dihasilkan oleh roh manusia melalui abstraksi dari benda-
bendanya yang disebut universalla post rem (universalia yang
dirumuskan akal setelah adanya benda). Dia menjelaskan proses
pemahaman dari pengamatan terhadap invidualia kemudian naik ke
dunia abstrak (unversalia) dan sampai kepada Tuhan.
c. Thomas Aquinas (1225 — 1274)
1. Masalah Wahyu (teologia) dan akal (filsafat)
Filsafat dikembangkan dengan akal, sedangkan teologi dengan wahyu/
iaman. Filsafat dan teologi berhubungan erat, namun tetap berdiri sendiri
dalam bidang masing-masing.
Iman adalah cara tertentu untuk mencapai pengetahuan yang mengatasi
akal, yang tak tertembus oleh akal.
Ada dua macam pengetahuan:
a. Pengetahaun alamiah, dengan akal terang, yang insani, inilah filsafat.
b. Pengetahuan iman, dengan wahyu ilahi, kitab suci inilah teologia.
Perbedaannya bahwa filsafat membahas bidang-bidang di kawasan alam,
sedangkan teologia membahas tentang misteri di luar alam. Persamaannya
bahwa filsafat dan teologia bersama-sama membahas tentang jiwa dan
Tuhan.
2. Teori materi-bentuk
Teori ini dikembangkan dan Aristoteles, Materi = potensi, disebut bakat.
Bentuk = aktus, disebut dengan realisasi. Materi ialah yang darinya muncul
sesuatu (subyek pertama), atau substansi yang ada dalam bentuk potensi.
Bentuk ialah aktus, yaitu cara berada segala yang jasmaniah (nyata).
Bentuk berubah materi (potensi) menjadi ada secara nyata (aktus).
3. Tuhan dan mahluk
a. Tuhan adalah Actus Purus (aktus murni). AdaNya sempurna tanpa
potensi.
Esensi (hakikat) dan eksistensi (wujud) Tuhan adalah identik. Pada
mahluk, eksistensinya merupakan tambahan pada esensinya, yang
mengikuti hubungan materi-bentuk.
b. Dasar penciptaan ialah creatio ex nihio, bukan emansi. Tiada dualisme
asasi antara Tuhan dan mahiuk. Mahluk berpartisipasi dalam wujud
Tuhan, artinya mendapat bagian dan wujud Tuhan.
4. Pembuktian adanya Tuhan
a. Pembahasan ini disebut Theologia naturalis. Metodenya hanya secara
“aposteoni”, tak mungkin “apniori” (ontologi) seperti pada Anselmus.
b. Lima jalan pembuktian (quinque vide)
- Dunia selalu bergerak, maka harus ada Penggerak
Pertama yang tak digerakkan, itulah Tuhan.
- Dunia ini terjadi menurut hubungan sebab-akibat, maka harus ada
Sebab Pertama, itulah Tuhan.
- Wujud dunia ini serba mungkin, maka harus ada wujud yang mutlak,
itulah wujud Tuhan.
- Wujud di dunia ini bertingkat-tingkat sampai mampu yang tertinggi
namun belum sempurna, maka harus ada tingkat maha tinggi, maha
sempurna, itulah Tuhan.
- Dunia ini digerakkan ke arah tujuan akhir secara teratur.
Oleh karena itu harus ada zat yang paling sempurna akalnya dalam
mengatur. ltulah Tuhan yang Maha Pengatur.
5. Masalah Universalia
a. Dasar: Nil in intellectu nisi prius sensu (tak ada sesuatu pada akal jika
tak ada pada indera lebih dahulu). Apa yang disentuh oleh indra
merupakan bahan untuk pengetahuan. Setelah diolah oleh akal, bahan
tersebut baru merupakan pengetahuan (ilmu).Pengetahuan adalah
wujud universalia.
b. Universalia yang mutlak ditangkap bukan hanya karena ada
persentuhan dengan indera, tetapi terutama setelah diolah oleh akal/
budi. Pengetahuan indera bersifat jasmani dan berubah-ubah
(indiviidualia). Pengerahuan akal bersifat rohani, umum dan tetap
(universalia).
D. Akhir Skolastik
a. Kemunduran
Pada puncak Skolastik di abad XIII terjadi penyelarasan filsafat Yunani Kuno,
khususnya Aristoteles dengan agama Kristen. Corak Skolastik kemudian
menurun sejalan dengan munculnya banyak kritik terhadap penyelarasan
antara filsafat dan agama tersebut.
b. Roger Bacon (1242 - 1294)
1. Karya-karyanya: Opus Maiyus, Opus Minus dan Opus Tertium.
2. Pemikirannya banyak bertentangan dengan filsafat Skolastik sebelumnya
terutama Thomas Aquinas. Dia justru mengakui kebesaran Aristoteles, Ibn
Sina dan Ibn Rusydi.
3. Kritiknya terhadap Skolastik:
- Kaum Skolatik kurang memperhatikan bahasa Yunani yang dipakai oleh
Aristoteles, juga bahasa Arab.
- Mereka kurang memperhatikan ilmu pasti sebagai dasar semua ilmu.
- Metode mereka salah sama sekali, karena selalu terikat oleh kitab suci.
c. Willem dan Ockham (1290 - 1349)
1. Ia mempelopori aliran/jalan baru (via moderna) yang melawan jalan kuno
(via antiqua) dan kaum Skolastik tradisional (Thomas).
2. Ia menganut nominalisme dan mengarahkan ajarannya ke empirisme.
Filsafat dan ilmu harus dipisahkan dan agama (sekularisasi). SOAL FILSAFAT BARAT PRA MODERN
1. a. Sebutkan para filsuf pertama dari Miletos dan Jelaskan argumentasi mereka
tentang Arkhe.
b. Uraikan garis besar kesamaan pandangan mereka tentang alam semesta!.
Bandingkan dengan ajaran mitologi Yunani.
2. a. Jelaskan pertentangan antara Heraklitos dan Parmenides!. Bagaimana
argumentasi masing-masing?
b. Jelaskan argumentasi Zeno (dari Elea) dalam mendukung pendapat
Parmenides!.
3. a. Mengapa Sokrates dijadikan tonggak peniodisasi dalam Sejarah filsafat
Yunani Kuno!
b. Uraikan kesamaan dan perbedaan antara Sokrates dan kaum sofis.
4. a. Jelaskan pemikiran Plato dalam rangka mendamaikan pertentangan antara
Heraklitos dan Parmenides.
b. Jelaskan pula jalan keluar yang diajukan oleh Aristotelas dalam masalah
yang sama.
5. a. Uraikan pemikiran Plato tentang Jiwa manusia!
b. Uraikan pula konsep negara ideal menurut Plato!
6. a. Jelaskan teori “hule” dan “monfe” dan Aristoteles! Bagaimana dia
memandang alam dan manusia berdasarkan teori ini!
b. Terangkan pokok-pokok ajaran etikanya.
7. a. Bagaimana pandangan Epikunisme tentang alam semesta?
b. Jelaskan ajaran etikanya yang berkaitan dengan sumber-sumber ketakutan.
8. a. Terangkan latar belakang dan perkembangan aliran Stoa!
b. Terangkan pokok-pokok ajaran etikanya!
9. a. Jelaskan pengaruh Plato terhadap Neo-Platonsisme!
b. Uraikan teori “Emanasi” menurut Neo-Platonissme!
10. a. Terangkan ciri-ciri filsafat Patristik
b. Bagaimana ajaran “apologit” kristen tentang filsafat.
11. a. Jelaskan pemikiran Augustinus tentang Tuhan dan alam!
b. Bagaimana kritiknya terhadap Skeptisisme?
12. a. Jelaskan pertentangan antara Ultra-Realisme dan Nominallsme tentang
Universalia!
b. Bagaimana jalaan tengah dan Petrus Abaelardus dalam soal itu? 13. a. Jelaskan pandangan Johanes Scoteus Eniugena tentang hubungan akal dan
wahyu.
b. Jelaskan pula pandangannya tentang universalia.
14. a. Jelaskan maksud pninsip credo utintelligam dari Anselmus!
b. Jelaskan sikapnya dalam soal universalia!
15. a. Jelaskan pengertian tentang Skolastik!
b. Terangkan pengaruh filsafat Islam terhadap perkembangan filsafat Abad
Pertengahan di Barat.
16. a. Terangkan pemikiran Albertus Agung tentang Tuhan!
b. Bagaimana pandangannya tentang universalia yang mencakup tiga macam
wujud?
17. a. Terangkan lima jalan pembuktian adanya Tuhan menurut Thomas Aquinas!
b. Jelaskan pandangannya tenang penciptaan.
c. Jelaskan pula pandangannya tentang daya jiwa!
18. a. Terangkan sebab berakhirnya kejayaan Skolastik
b. Bagaimana kritik Roger Bacon terhadap filsafat Skolastik?