Jumat, 28 Oktober 2016

Kelahiran Filsafat Kuno

Dr. Sukarman Kamuli, M.Si
Dosen Pengantar Ilmu Filsafat

Sahabat Mahasiswa, Mata kuliah filsafat Ilmu kita akan dapatkan disaat di bangku kuliah. Banyak diantara Mahasiswa juga mencari materi Filsafat ilmu. Maka, arsip kuliah yang bisa dishare kali ini tentang materi Kelahiran Filsafat Kuno. Materi ini disusun  oleh bapak Dr. Sukarman Kamuli, M.Si.

  Karena sebagai mahasiswa yang sukanya bertanya, Apa itu Filsafat? Apa latar belakang adanya Filsafat?apa manfaat kita belajar filsafat? Insya Allah pertanyaan itu akan dijawab dalam ulasan singkat materi filsafat pra Socrates berikut. 



FILSAFAT PRA-SOCRATES 
A.  Kelahiran Filsafat Yunani Kuno 
1.  Mitologi Yunani 
a.  Mitos memberikan jawaban atas “keheranan”,  “ketakjuban” hati manusia 
terhadap semesta yang melingkupi, yang berarti mitos memberikan 
semacam “jaminan”  bagi kehidupan manusia Yunani kala  itu: “Bahwa 
kehidupan itu ada maknanya, ada logikanya ada penyelesaiannya. 
Mitologi dapat juga memiliki arti rangkaian cerita yang berisi dongeng para 
dewa-dewi yang dihubungkan dengan peristiwa alam dan dipercayai secara 
turun-temurun, Secara garis besar ada 2 jenis mitos yaitu, 
1.  mitos kosmogonis yaitu memberi keterangan tentang asal usul alam 
semesta itu sendiri. 
2.  Mitos kosmologis yaitu memberi keterangan tentang asal usul serta 
sifat-sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta. 
Mitologi Yunani berpengaruh dalam mendorong kelahiran filsafat karena 
menimbulkan ketidakpuasan dan berbagai pertanyaan dalam pikiran. 
Mitologi juga ikut mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan 
kebudayaan di dunia sampai sekarang. 
b.  Kesusasteraan Yunani 
Kesusasteraan di sini hendaknya dimengerti dalam arti yang luas misalnya 
amsal-amsal, tembang-tembang, dongeng, syair, cerita. Karya susastra itu 
berfungsi “mendidik” rakyat Yunani dalam waktu-waktu luang. 
Salah seorang sastrawan yang terkenal adalah Homeros pada tahun 850 
SM. Puisinya yang amat terkenal yaitu Ilias dan Odyssea. 
c.  Ilmu-ilmu pengetahuan dari Timur Kuno  
Dari Babylonia : Astronomi, penanggalan 
Dari Mesir Kuno: Ilmu ukur, ilmu hitung, geometria (ilmu pengukur tanah) 
Dari  Yunani : ilmu-ilmu tadi bukan hanya ditekuni sebagai pemenuhan 
kebutuhan praktis, tapi dikembangkan demi kemajuan ilmu itu sendiri. 
d.  Mitos dan Logos 
Mitos: jawaban terhadap problem-problem alam semesta dicari pada mitos-
mitos sedangkan logos: jawaban terhadap problem-problem alam semesta 
mulai diusahakan dengan akal budi. 
 e.  Posisi geografi 
Pada masa itu wilayah Yunani tidak sekecil sekarang. Pesisir Asia kecil, 
Sisilia dan Italia Selatan bahkan sampai daratan Afrika. Kontak dengan 
bangsa lain memungkinkan bertambah kayanya informasi dan perluasan 
cakrawala berfikir mereka. 
f.  Kondisi Sosial Politik 
Orang  Yunani tinggal dalam suatu polis. Dimana polls itu memiliki  arti 
“negara-kota”. 
Kata”polis” juga menunjukkan rakyat negara itu. 
*polis sebagai lembaga politik ciri-cirinya: 
1.  Otonomi: mempunyai hukum sendiri. 
2.  Autarkeia: mandiri perekonomiannya. 
3.  Kemerdekaan politik melalui lembaga-lembaga sebagai berikut: 
-  ekklesia: majelis umum 
-  bule: dewan Harlan 
-  diskasteria: lembaga I badan peradilan  
Polis sebagai wahana timbulnya filsafat: 
1.  Tatanan polis yang sedemikian itu menempatkan logos dalam 
kedudukan yang penting. 
2.  Suasana keterbukaan dalam polis. 
3.  Dalam Polis semua warga negara sederajat kedudukannya. Maka, kecil 
rasa sungkan untuk mengekspresikan pikiran-pikiran, gagasan, 
pendapat. 
2.  Para filsuf pertama dari Milletos 
Filsuf-filsuf  yang akan dibicarakan ini  pada umumnya berfikir tentang alam 
semesta beserta seluruh kenyataan hidup (bukan sekedar  “fisik material”, tapi 
sekaligus “non fisik-immaterial”). 
Yang mereka pikirkan adalah “arkhe” yakni “asal muasal’, “azas pertama”, 
sesuatu  yang hakiki dari  segala sesuatu yang tergelar dalam alam semesta 
yang bermacam ragam coraknya dan serba berubah. 
a.  Thales(625 – 545 SM) 
Dia mempertanyakan apakah dasar pertama atau asal usul dari  segala 
sesuatu di alam  ini. Dia disebut sebagai orang pertama  yang menyelidiki 
alam dengan logosnya. Dia dijuluki sebagai filsuf pertama oleh Aristoteles 
jawabannya adalah air. Air tampak sebagai sarana pokok bagi kehidupan 
bahkan menjadi “sumber” kehidupan, air yang meresapi segala-galanya.
b.  Anaximandros (610 – 540 SM) 
Dia murid Thales, tetapi tidak setuju dengan pendapat Thales. Jika arkhe 
hanya salah satu anasir alam (air), lalu bagaimana dengan anasir yang lain. 
Arkhe menurut Anaximandros haruslah yang lebih dalam lagi, tidak sekedar 
unsur alam yang terbatas, Menurut dia arkhe alam semesta adalah  to 
apeiron. lstilah ini bermakna “yang  tak terbatas”, bersifat illahi, abadi, tak 
berubah dan meliputi segalanya. 
c.  Anaximenes (538 – 480 SM) 
Dia murid Anaximandros, baginya arkhe segala sesuatu adalah “hawa” atau 
“udara” . Alasannya, bahwa udara meliputi seluruh alam dan menjadi azas 
kehidupan manusia. Semua unsur alam ini terjadi karena proses 
pemadatan dan pengenceran udara. Tubuh manusia adalah mikrokosmos 
yang mencerminkan jagad raya sebagai makrokosmos. Kalau Thales 
mengatakan bumi terapung di atas air, maka Anaximenes mengatakan 
bumi — yang seperti meja bundar — katanya melayang-Iayang di udara. 
3.  Persamaan Corak Pemikiran para filsuf pertama 
a.  Mereka dapat disebut sebagai “filsuf alam” karena ajaran mereka 
memusatkan pada alam. 
b.  Alam mereka pandang sebagai keseluruhan yang bersatu dan mempunyal 
asal usul (arkhe) satu prinsip saja. 
c.  Alam semesta dikuasai oleh satu hukum, bukan secara kebetulan. 
d.  Alam semesta merupakan kosmos (keteraturan), bukan chaos (kekacauan) 
B.  Pythagoras ( 580 — 500 SM) 
Dia mendirikan perguruan dan mazhab Pythagorean yang ajarannya bersifat 
rahasia. Ajaran Pythagoras sebagai guru disampaikan secara lisan, tidak boleh 
dicatat dan harus dirahasiakan. Setiap ada perselisihan antar para murid tentang 
filsafat selalu dapat pendapat sang guru dan ditutup dengan pernyataan  autos 
epha (demikian sabda guru). 
Apabila flulsuf-filsuf Miletos berfilsafat karena keingintahuan ilmiah. Maka 
Pythagoras dan pengikut-pengikutnya bukan hanya keingintahuan ilmiah saja, 
tetapi Iebih ke arah “a way of life”: suatu pandangan hidup yang dengan itu 
manusia dapat mencapai kebersihan jiwa dan memutus rangkaian perpindahan 
jiwa. Ajaran Pythagoras yang sangat berpengaruh mencakup dua hal. Pertama, ajaran 
rahasia dengan dasar kepercayaan bahwa jiwa itu kekal, tidak dapat mati. Kedua, 
ajaran ilmu pasti mengenai bilangan yang dijadikan dasar untuk memahami 
tentang alam. 
Dikemudian hari pengikut-pengikut Pythagoras berkembang menjadi dua aliran: 
1.  Akasmatikol, Iebih mengutamakan penyucian jiwa dengan menaati aturan-
aturan 
2.  Mathematikol, lebih mengutamakan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti. 
a.  Ajaran tentang Jiwa 
Jiwa tidak dapat mati (immortal). Bila seseorang meninggal maka jiwanya 
akan berpindah ke sosok lain. Perpindahan jiwa itu akan terputus bila orang 
melakukan jalan penyucian sesuai dengan “tarekat” pythagorean (misalnya 
berpantang makanan tertentu). 
Agar hidup manusia harmonis harus ada keseimbangan antara jiwa dan 
raga. Untuk mencapai keseimbangan itu manusia harus: 
1.  taat kepada ajaran agama 
2.  menghormati orang tua 
3.  menepati janji 
4.  melepaskan keinginan nafsu 
b.  Ajaran tentang bilangan 
Dia mengatakan bahwa arkhe segala sesuatu ialah bilangan. Bilangan 
merupakan simbol tangga nada dalam harmoni musik yang melahirkan 
keindahan.  Alam semesta  ini adalah  suatu harmoni yang indah juga. 
Bilangan adalah segala-galanya yang mengandung pninsip-prinsip 
pertentangan, namun tetap dalam harmoni alam. 
Pythagoras menganut teori “helio-sentris”  namun berbeda dengan 
pengertian sekarang. Matahari adalah api sentral yang  menjadi pusat 
segala sesuatu. Jagad raya digambarkan dengan “suatu tangga nada”. 
c.  Ajaran Kosmologi 
Pusat jagad raya adalah “api”. Api ini dikelilingi 10 badan jagad raya, yaitu, 
kontra bumi, bumi, bulan, matahari, merkurius, venus, mars, yupiter, 
saturnus kemudian langit dengan bintang-bintang tetap. 
Kesepuluh badan jagad raya tadi beredar mengelilingi api sentral sebagai 
tetraktys raksasa. Yang kemudian hari, “api sentral” ala pythagorean ini oleh 
sementara pemikir Yunani (Heraklitos, Aristarkhos) disamakan dengan matahari, sehingga dalam bidang kosmologi menganut pendirian  helio-
sentris. 
C.  Xenophanes ( 570 – 480 SM) 
Baginya arkhe segala sesuatu adalah “kesatuan”. Prinsip “satu” mengatasi segala-
galanya baik manusia maupun dewa. 
a.  Konsepsi ketuhanan 
Ia mengkritik paham ketuhanan yang bersifat mitologi, terutama paham yang 
menerapkan hal-hal yang secara etis  tidak patut diperbuat oleh Tuhan, 
misalnya mencuri, berzina, menipu dll. Tuhan adalah ideal dalam bidang etik. 
Kritiknya juga diarahkan kepada konsepsi ketuhanan yang berhaluan 
antropomorfisme. Kosekuensi lebih lanjut, Tuhan bukan dilahirkan, melainkan 
azali dan abadi. Ia juga menolak konsepsi ketuhanan yang berbau keetnikan. 
Dengan kata lain, ia ingin mengajukan konsepsi universalisme ketuhanan. 
Xenophanes juga tidak setuju dengan konsepsi ketuhanan yang pluralistik. Ia 
menekankan keesaan Tuhan. Akan tetapi keesaan disini tidak bisa disamakan 
dengan konsepsi Islam atau Kristen sekarang. Pada kenyataannya, Ia masih 
acapkali menyebut Tuhan dengan kata jamak. Pandangan Xenophanes yang 
demikian ini ditafsirkan orang bahwa ia mengajarkan “monotheisme” sekaligus 
“pantheisme”. 
b.  Ajaran Kosmologi 
Matahari melintas dengan gerak lurus, setiap pagi selalu muncul matahari baru. 
Gerhana terjadi karena matahari terjatuh dalam lubang. 
Bumi adalah simpul siklus tanah lumpur----air laut----Iumpur---tanah. 
Secara umum ajaran kosmologi ini justru tampak Iebih “primitif” daripada ajaran 
kosmologi sebelumnya. 
D.  Hera klitos ( 540 – 475  SM) 
a.  Ajaran tentang pertentangan 
Setiap benda tersusun dari  unsur saling bertentangan (paradoks) dalam 
kesatuan. Pertentangan tidak berdampingan tetapi bergerak dari satu ke yang 
lain. Pertentangan itu adalah suatu keharusan yang wajar dan layak. “Perang 
(pertentangan) adalah Bapak segala-galanya” Damai menjadi ada karena 
perang. Pertentangan adalah keadilan. Hanya dengan pertentangan-lah segala 
sesuatu “menjadi” sesuatu “yang sama adalah perlawanan”. b.  Filsafat “menjadi” 
Heraklitos tidak percaya adanya sesuatu yang tetap, segalanya berubah. 
Muncul semboyan Panta rhei kai uden menei yang artinya segalanya bergerak 
seperti aliran sungai. Bergerak berarti menjadi. 
Tidak ada sesuatupun yang sungguh-sungguh ada. Semuanya menjadi; 
semuanya berubah tanpa henti. 
c.  Ajaran tentang arkhe 
Arkhe segala sesuatu adalah api.  Api tak pernah diam, selalu bergerak dan 
berubah. 
d.  Ajaran kosmologi dan jiwa musia 
Kosmos juga selalu berubah: api—air—tanah—air—api. 
Begitu juga jiwa manusia senantiasa berubah sebagaimana berubahnya air—
api—tanah begitulah manusia dalam tidur jaga—kematiannya. 
e.  Ajaran tentang Logos 
Logos di sini lebih berati “rasio”. Logos bersifat ilahi, tetapi bukan mengacu 
pada konsep ketuhanan. Logos adalah hukum yang menguasai segala sesuatu 
yang senantiasa berubah. Maka logos juga berarti api —  simbol keabadian 
perubahan. 
E.  Mazhab Elea 
1.  Parmenides (515 – 450 SM) 
Karyanya berupa puisi yang terdiri dari  2 bagian: jalan kebenaran dan jalan 
pendapat. Baginya pengetahuan indrawi itu menyesatkan, dan pengetahuan 
rasiolah yang mampu menjamin kepastian. 
a.  Ajaran yang ada 
Parmenides menentang perubahan yang terus menerus, apalagi kesatuan 
kontradiksi. Segalanya hanyalah “ada” yang tetap, satu dan tidak berubah. 
Rumusnya: Yang ada itu ada yang tidak ada itu tidak ada. Pengandaian lain 
ada dua kemungkinan yaitu, yang ada itu tidak ada  atau yang ada itu 
serentak ada dan tidak ada. Tiga hal yang ditolak filsafat “ada” yaltu, tidak 
ada kejamakan, tidak ada perubahan dan tidak ada ruang kosong. 
2.  Zeno (490SM) 
Ia adalah muri sekaligus sahabat Parmenides. Ajaran-ajarannya merupakan 
pembelaan terhadap ajaran-ajaran gurunya dengan cara membuat andaian-
andaian tentang hal-hal yang akan ditentangkan kemudian diruntuhkannya. a.  Argumen melawan ruang kosong 
Jika diandaikan bahwa “ruang kosong”, maka dia membutuhkan  “ruang 
kosong” lagi untuk tempat bagi dia, begitu seterusnya sampai tak terhingga. 
OIeh karena itu harus disimpulkan bahwa ruang kosong itu “tidak ada”. 
b.  Argumentasi melawan pluralitas 
Jika potongan garis terdiri dari titik-titik, maka potongan itu dapat dibagi-bagi 
sampai tak terhingga. 
Kalau  titik-titik tadi mempunyai panjang tertentu, maka potongan garis itu 
menjadi “tak terhingga panjangnya”, sedangkan bila titik-titik tadi tidak 
mempunyal panjang tertentu maka potongan-potongan garis itu tak 
terhingga pendeknya = 0 
Maka kedua kesimpulan dari  2 pengandaian tadi “sama-sama mustahil”. 
Oleh karena itu pluralitas harus ditolak. 
c.  Argumen melawan gerak 
1.  Pelari dan stadion: si pelari tidak pernah sampai garis finish. 
2.  Pelari Akhilles dan kura-kura: Akhilles tidak pernah bisa melewati kura-
kura yang start lebih dulu. 
3.  Anak panah yang lepas dari  busurnya: meskipun anak panah tampak 
melesat, tapi ia tetap sebagai benda yang sama. 
Jadi apa yang disebut “gerak” hanyalah seri perhentian. 
F.  Filsuf-filsuf Pluralis 
Mereka menjawab bahwa arkhe alam lebih dari satu unsur. 
a.  Empedokles (492 – 432 SM) 
Ia seorang cendekiawan yang mahir di banyak bidang, filsuf, dokter, penyair, 
orator, politikus. Ia menulis 2 karya berupa puisi; perihal alam dan penyucian-
penyucian. 
1.  Ajaran arkhe 
Arkhe alam ada 4 anasir (rizomata) 
Api-----panas 
Udara-----dingin 
Tanah-----kering 
Air------basah 
Menurut Empedokles, segala sesuatu terdiri dari keempat anasir tadi. Yang 
membedakan sesuatu yang satu dengan yang lain adalah komposisi dari 
tiap-tiap anasir. Perubahan terjadi karena komposisi anasirnya diubah. 2.  Ajaran cinta dan benci 
Perubahan yang terjadi pada alam semesta “diatur” oleh dua prinsip yaitu 
cinta yang mempunyai sifat menggabungkan sedangkan benci mempunyai 
sifat menceraikan. 
Cinta dan benci ini digambarkan sebagai cairan halus yang meresapi 
semua benda. 
3.  Ajaran tentang pengenalan 
Suatu pengenalan atau proses mengetahui terjadi karena anasir yang sama 
antara yang berada pada subyek dan obyek. Alat pemikiran darah, karena 
darah dianggap perpadua 4 anasir yang sempurna. 
4.  Ajaran tentang penyucian-penyucian 
Ia menganggap dirinya sebagai daimon---  mahluk mulia. Agar manusia 
kembali menjadi daimon, orang harus melalui perpindahan jiwa dan 
berpantang. Dimana perpindahan jiwa ini begitu panjang mata rantainya. 
b.  Anaxagoras (499 – 427 SM) 
Karyanya berupa prosa dan hanya beberapa fragmen yang masih bisa 
ditemukan, meskipun usianya tebih tua daripada Empedokles tapi karyanya 
ditulis sesudah karya Empedokies ditulis. 
1.  Ajaran tentang Arkhe: 
Ia menganggap bahwa “yang ada” itu azali dan abadi: tak terciptakan dan 
tak termusnahkan.  Anaxagoras berpendirian bahwa  “yang ada” itu bukan 
tunggal, bukan pula 4 melainkan dapat dibagi-bagi sampai tak terhingga 
banyaknya. Yang disebut oleh Anaxagoras sebagai spermata (benih-benih). 
Segala sesuatu adalah campuran dari  benih-benih yang tidak terhingga 
banyaknya dan proporsi tiap benih membedakan benda yang satu dengan 
yang Iainnya. 
2.  Ajaran tentang NOUS: 
Nous merupakan prinsip yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos. 
Nous tidak tercampur dengan benih-benih (steril) dan bahkan mengenal 
dan menguasai segala sesuatu. Ia hanya berada dalam mahluk hidup dan 
nous merupakan unsur yang paling halus. 
3.  Ajaran tentang pengenalan: 
Pengenalan inderawi sering disertai “nyeri”. 
Mengenal panas --- kepanasan dll. 
 c.  Leukippos dan Demokritos 
Ada sementara sejarahwan yang meragukan bahwa Leukippos sebagai  tokoh 
yang pernah hidup, sebagian sejarawan yang lain mengakui keberadaan tokoh 
ini. 
Yang jelas, pada umumnya dua tokoh tadi selalu dibicarakan secara bersama-
sama manakala orang membicarakan tentang atomisme. 
1.  Ajaran Atomisme 
Realitas seluruhnya adalah atomos (yang tak terbagi). 
Atom-atom adalah: 
a)  Bagian terkecil dari setiap benda 
b)  Mata telanjang tidak dapat melihat 
c)  Jumlahnya tak terhingga 
d)  Azali dan abadi, tak terciptakaan dan terlenyapkan 
e)  Semata-mata kuantitatif, tidak mempunyai kualitas 
f)  Bergerak spontan ke segala arah 
g)  Sejumlah atom bisa mengait satu sama lain. Melalui gerak puting 
beliung atom-atom membentuk kosmos. 
Atom-atom itu berbeda dalam 3 hal: 
1.  Bentuknya 
2.  Urutannya 
3.  Posisinya 
2.  Ajaran tentang Jiwa: 
Jiwa terdiri dari atom-atom bulat yang tidak mengait atom-atom lain dengan 
lincah Ia dapat menyelinap di antara atom-atom lain. 
3.  Ajaran tentang ruang kosong: 
Demokritos berpendirian ada “ruang kosong”. Atom-atom digambarkan 
senantiasa bergerak-gerak, tidak mungkin tanpa ruang kosong Gerak terjadi 
karena atom-atom (yang penuh) mengisi ruang kosong (yang tidak penuh). 
4.  Ajaran tentang pengenalan: 
Subyek mengenal obyek, karena obyek memancarkan gambaran-gambaran 
kecil (ildola) yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk seperti obyek tadi---- 
masuk/diserap pancaindera----  ke jiwa: atom-atom obyek bersentuhan 
dengan atom-atom jiwa. 
Karena atom tidak  memiliki kualitas, maka setiap benda juga tidak 
mempunyai kualitas. Jadi apa yang disebut kualitas itu hanyalah anggapan subyek belaka tentang obyek yang ditanggapi. Dengan kata lain kualitas itu 
subyektif belaka. 
Pancaindera tidak dapat dipercaya sebagai  “piranti”  pengetahuan yang 
memadai. Orang harus condong pada rasio. Jiwa juga terdiri dari  atom-
atom, maka proses pengenalan adalah proses jasmaniah belaka. 
5.  Tentang Etika: 
Ideal tertinggi dalam hidup: euthymia, yaitu keadaan batin yang sempurna. 
Harus diwujudkan keseimbangan-keseimbangan, kesenang-an dan 
kesusahan, kenikmatan dan perpantangan. Seyogyanya manusia 
mengalami kesenangan yang sebanyak mungkin dan kesusahan yang 
sedikit mungkin. PERIODE YUNANI KUNO 
PARA SOFIS 
Abad ke-5 SM kata Sofis berarti orang-orang yang bijaksana, “orang yang 
memiliki keahlian tertentu”. Di lain pihak, istilah sofis bergeser artinya menjadi “guru 
bayaran keliling”. Di kemudian hari  istilah sofis menjadi negatif: “seorang penipu daya 
cerdik dengan argurnentasi yang menyesatkan”. 
Maka Sofisme bukanlah mazhab yang terorganisir, tetapi lebih merupakan 
gerakan intelektual yang sedang “ngetrend” saat itu. Hal itu disebabkan karena: 
1.  Keadaan polis Athena yang kian maju dalam bidang politik, ekonomi, sosial 
budaya. 
2.  Untuk mengimbangi kemajuan-kemanjuan tadi para kaum muda membutuhkan 
pendidikan yang Iebih tinggi. 
3.  Peraturan-peraturan etis menjadi dipersoalkan: apakah bersifat kodrati atau adat 
kebiasaan yang dibuat dan dijalankan secara ajeg (nomos). 
Karena ketiga alasan itulah gerakan sofisme merebak dan populer kala itu. 
1.  Masa Sokrates ( 469 – 399  SM ) dan kaum sofis 
a.  Sokrates sebagal tonggak periode filsafat 
Dia tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya dikenal melalui para muridnya, 
terutama Plato. Dia dijadikan tonggak peniodisasi filsafat karena dia 
“memindahkan filsafat dan langit ke bumi”; dan persoalan alam ke masalah 
manusia. 
b.  Kaum Sofis 
Sofis dari  kata “sophia” (bijaksana). Kaum sophis semula bermakna positif 
sebagai kaum terpelajar/cendekiawan, namun kemudian bermakna negatif. 
c.  Persamaan antara Sokrates dengan Kaum Sophis 
1)  Mereka memajukan pendidikan dan pengajaran masyarakat khususnya 
kaum muda. 
2)  Mereka mengarahkan perhatiannya kepada masalah diri manusia dan etika. 
3)  Keutamaan hidup dicapai melalui belajar, tak hanya latihan. 
4)  Mereka bertitik tolak dari pengalaman dan kehidupan konknit. 
d.  Perbedaan antar Sokrates dengan Kaum Sophis 
1)  Kaum Sophis mengaku  sebagai  cendekiawan dan bijaksana; sedangkan 
Sokrates tidak. Sokrates hanya pecinta kebijaksanaan (philosophos). 2)  Kaum Sophis mau mengajar dengan bayaran; Sokrates dengan tulus 
ikhlas. 
3)  Bagi Sokrates ada kebenaran umum yang objektif. Kaum Sophis menganut 
sikap relativisme dan menolak kebenaran umum itu. 
4)  Bagi Sokrates kebenaran setalu terkait dengan moral/etik, tak hanya teoritik 
sebagai bahan perdebatan seperti Kaum Sophis. 
e.  Metode Sokrates 
1)  Seni kebidanan (maieutike tekhne); seperti pekerjaan ibunya. 
2)  Dialektika/dialog (percakapan). 
3)  Perintisan metode induksi dan deduksi. 
f.  Ajaran etika Sokrates 
1)  Lebih mementingkan jiwa manusia daripada raga. 
2)  Untuk mencapal kebahagiaan (eudaimonia rohani). Manifestasinya ialah 
kebaksanaan dan keutamaan (arete). 
3)  Keutamaan dicapai tidak melalui moral, tetapi melalui pengetahuan. 
g.  Ajaran Sokrates tentang negara 
Dia menolak demokrasi dengan alasan bahwa pengaturan negara harus 
dipegang oleh orang yang benar-benar bijaksana dan berpengetahuan. 
2.  Pengikut Sokrates (The Minor Socraties) 
a.  Mazhab Megara; tokohnya Euklides 
1)  Keutamaan diperoleh melalui pengetahuan yang diajarkan dalam 
pendidikan. 
2)  Realitas hanya satu (monistik), yaitu yang baik. 
b.  Mazhab Elis & Eretria; tokohnya Phaidon & Menedemos 
1)  Keutamaan dicapai dalam filsafat, khususnya etika. 
2)  Etika merupakan obat untuk mencapai kebebasan sempurna. 
c.  Mazhab Sinik; tokohnya Antisthenes 
1)  Tidak ada pengertian umum; yang ada itu individual. 
2)  Keutamaan berupa kepuasan pribadi (autarkea); bebas dan pengaruh 
duniawi dengan kesederhanaan; menolak kesenangan jasmani. 
3)  Keutamaan menuju kepada kebahagiaan denga jujur dan berbudi dengan 
azas kebaikan mutlak. 
d.  Mazhab Kirena; tokohnya Aristippos 
1)  Menekankan pada kesenangan jasmani (hedonistik). 2)  Kesenangan tergantung pada individu (nominalistik). 
3)  Kesenangan hanya didapatkan sekarang dan langsung. 
3.  Plato (427-347 SM) 
a.  Tahap pemikirannya (3 periode) 
1)  Sepenuhnya ikut Sokrates. 
2)  Mengikuti jalan pikirannya sendiri (dalam masalah dunia idea dan masalah 
negara). 
3)  Terarah ke hal praktis/alami. 
b.  Ajaran tentang idea-idea 
1)  Idea    berbeda  dengan istilah modern ide/idea yang secara umum 
dimengerti sebagai gagasan yang datang dan subyek.  
Idea  bukan ciptaan subyek, Ia terlepas dan subyek yang berpikir. Ia tidak 
tergantung pada pemikiran, justru sebaliknya: pikiran itulah yang tergantung 
pada idea-idea. 
Berfikir  berarti mengarahkan aktivitas pikiran kepada idea-idea. 
Cara memahami idea misalnya: dalam ilmu pasti, bisa ditemukan 
bermacam-maacam segitiga secara “fisik inderawi”, akan tetapi idea 
segitiga tetap. 
2)  Dua dunia 
-  Dunia benda-benda jasmaniah  beragam, berubah 
-  Durila idea  tetap 
Hubungan dua dunia: 
-  Idea tidak terpengaruh dengan dunia jasmaniah, idea-idea justru 
mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmaniah. 
-  Idea-idea “hadir” dalam benda-benda jasmaniah konkrit, tapi idea-idea 
itu tidak berkurang apa-apanya sedikitpun. 
-  Benda-benda konkrit berpartisipasi pada satu atau Iebih idea. Atas 
partisipasinya benda-benda tersebut, idea juga  tidak terkurang apa-
apanya. 
-  ide adalah “model”, Benda-benda konkrit adalah  gambaran  “tak 
sempurna yang menyerupai “model idea” tadi. 
Jadi dunia idea adalah dunia tersendiri, yang mandiri, sebagai 
“keberadaannya” yang “otonomi”. Bahkan, dunia ide itulah yang sejati. 
Dunia jasmaniah/fisik inderawi hanyalah suatu bayang-bayang dunia idea. Dalam dunia idea ada hierarkhi idea dan idea yang tertinggi” idea yang 
baik”. Tetapi Plato mengusulkan 5 idea utama yaitu, ada, identik, lain, diam, 
gerak. 
c.  Ajaran tentang Pengenalan 
Ada 2 jenis pengenalan yaitu: rasio dan inderawi. 
Rasio mengenal dunia idea dengan obyek jelas, tetap, tidak berubah, mutlak 
yang disebut dengan istilah episteme (knowledge). 
Inderawi mengenal dunia benda-benda jasmaniah dengan obyek relatif, 
berubah-ubah yang disebut dengan istiah doxa (opinion) 
Dengan demikian Plato mengatasi pertentangan Heraklitos  dan Parmenides 
dengan pengenalan dan “yang ada”. 
Dalam menjawab tentang permasalahan tentang dunia jasmaniah yang 
dianggap nyata, Plato menggambarkan bahwa: 
Manusia sebagai tahanan yang dibelenggu dalam gua. Menghadap dinding 
gua. Di gua ada nyala api dan ada budak-budak lalu lalang dekat api ---- orang-
orang tahanan tadi melihat bermacam-macam bayangan. 
Bayangan itulah yang dianggap realitas. 
Ketika tahanan dibawa keluar dan gua, mereka merasa telah mengetahui 
realitas dan  ketika mata mereka menatap matahari matanya silau, padahal 
itulah realitas yang sejati. Matahari adalah dunia idea, sedangkan bayang-
bayang para budak adalah benda-benda jasmaniah yang dianggap realitas 
yang sesungguhnya. ltulah kekeliruan manusia pada umumnya. 
d.  Ajaran tentang Manusia (Jiwa dan raga) 
Plato membagi manusia atas jiwa dan raga (badan). Keduanya berdiri “sendiri-
sendiri”. Keduanya dianggap sebagai dua substansi yang berbeda. 
Bahkan tubuh atau badan dianggap sebagai penjara jiwa. Jiwa bersifat 
baka/kekal,  immortal  dan sebelum jiwa ke dunia ini, ia sudah punya  “pra 
eksistensi”. Pada masa itulah sebenarnya jiwa sudah mengenal idea-idea. 
Maka pengenalan adalah pengingatan kembali terhadap idea-idea semasa jiwa 
masih dalam “pra eksistensi” (sebelum datang “menyusup ke dunia ini”). Dan 
peran doxa adalah menolong ke episteme. 
Menurut Plato, Jiwa itu terdiri dari 3 bagian, yang masing-masing menjalankan 
fungsinya: 
1.  Rasional-----kebijaksanaan-----kepala 
2.  Keberanian-----kegagahan-----dada 3.  Keinginan-----pengendalian diri-----dada 
Sedang yang bertugas menjamin keseimbangan antara ketiga bagian jiwa tadi 
adalah keadilan. 
Ajaran ini kemudian terkenal sepanjang jaman dan dikenal sebagai “The 
Cardinal Virtues” yakni: 
Temperance (kesederhanaan) 
Fortitude (ketabahan) 
Prodence (kebijaksanaan) 
Justice (keadilan) 
Plato juga menggambarkan bahwa jiwa rasional bagaikan kusir yang 
mengendalikan 2 ekor kuda bersayap. 
Jiwa rasional (sais) mengendalikan keberanian yang bertujuan ingin keatas ke 
dunia idea disamping itu juga mengendalikan keinginan yang bertujuan ke 
bawah (ke bumi). 
Tentang Jiwa dunia bahwa Plato menggambarkan jagad raya sebagai 
makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos. Akan tetapi, jiwa dunia/ 
jagad raya diciptakan lebih dulu daripada jiwa manusia. 
e.  Ajaran tentang negara 
1)  Plato menggaambarkan negara ideal terdiri dan 3 bagian: 
Yang pertama golongan tertinggi (kepemimpinan) yang memerintah adalah 
para filsuf yang bijaksanaan yang mengatur dengan kearifan dan 
kebijaksanaan. 
2)  Yang kedua golongan pembantu (para prajurit) yang menjaga keamanan 
dengan kegagahan dan keberanian. 
3)  Yang ketiga golongan terendah (petani, tukang batu) yang berproduksi, 
mencukupi keperluan hidup atau pekerja yang mengendalikan diri. 
Setiap golongan memainkan peranan masing-masing, tanpa campur tangan 
golongan yang satu terhadap yang lain. Yang memungkinkan semua itu adalah 
keadilan. Sebagaimana ajarannya tentang jiwa, ketiga golongan akan 
selaras/harmonis oleh prinsip keadilan. 
Maka negara idea menurut Plato bukan demokrasi, tapi anistokrasi. (aristo : 
yang baik, kratein: yang berkuasa) 
f.  Bentuk pemenintahan 
Negara yang memiliki UUD, terbaik monarkhi, yang terjelek demokrasi. 
Negara yang belum memiliki UUD yang terbaik adalah demokrasi, yang terjelek 
adalah monarkhi. 4.  Aristoteles (384 – 322 SM) 
a.  Tahap pemikirannya (3 periode) 
1)  di Akademi Plato mengikuti ajaran Plato 
2)  di Assos dia mengkritik ajaran Plato tentang Idea 
3)  di Athena dia berbalik dan spekulatif ke empirik (konkrit, individual) 
b.  Logika 
1.  Nama dan fungsi Logika 
lstilah logika diperkenalkan Cicero (pada abad 1 SM), yang berarti seni 
berdebat. Kemudian Alexander Aphrodisias memakai istilah logika dalam 
arti sekarang, yakni suatu kajian tentang valid atau tidaknya penalaran. 
Aristoteles sendiri menggunakan dua nama yakni 
•  Analytica yakni argumen dengan premis-premis yang jelas-jelas benar. 
•  Dialectica yakni argumen dengan hipotesis. 
Aristoteles membuat kenangka ilmu sebagai berikut: 
limu dibagi menjadi: 
•  ilmu praktis yang terdini dan etika, politika 
•  produktif yang terdini dani teknik, kesenian, kedoktenan. 
•  teoritis yang tediri dan fisika, matematika, filsafat.  
Logika “bukan ilmu” melainkan alat/piranti/organon bagi ilmu-ilmu. 
Aristoteles  sering dibeni gelar Bapak Logika, meski  filsuf sebelumnya dia 
sudah “bermain logika”  (secara implisit), tapi baru  Aristoteleslah yang 
memberikan uraian sistematis tentang logika. 
2.  lnduksi dan deduksi 
lnduksi adalah jalan pikiran yang dimulai dan kasus-kasus khusus untuk 
kemudian menarik kesimpulan untuk yang bersifat umum. 
Deduksi adalah jalan pikiran yang dimulai dan hal-hal yang bersifat umum 
dan jelas-jelas benar untuk kemudian menarik kesimpulan yang bersifat 
khusus. 
3.  Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga putusan. 
•  semua kepala negara kelak pasti mati  --------------------- premis mayor 
•  Bill Clinton adalah kepala negara ---------------------------- premis minor 
•  Bill Clinton kelak pasti mati ------------------------------------konklusi 
4.  Pengenalan Rasional 
Meski semua makluk hayati mempunyai jiwa, tapi hanya  mahluk manusia 
sajalah yang memiliki rasio. Rasio ini tidak hanya menangkap satu aspek 
sebagaimana indera, melainkan menangkap segala sesuatu yang ada. Yang ditangkap rasio adalah esensi (hakikat) suatu benda. Rasio dibagi 
menjadi 2 yakni: 
a.  rasio pasif (intelectus possibilis), bagian rasio ini “menenima esensi” 
b.  rasio aktif (intelectus agens), bagian rasio ini “melepaskan esensi” 
Dan cara rasio menangkap esensi dengan abstraksi. 
c.  Metafisika 
1.  Tentang istilah metafisika 
Sesungguhnya Aristoteles sendiri tidak memakai istilah metafisika. lstilah itu 
mula-mula digunakan Andronikos dan  Rhodos untuk menamai ajaran-
ajaran Aristoteles sesudah ajarannya tentang fisika. 
Tetapi ada sinyalemen bahwa istilah metafisika telah digunakan oleh 
Ariston dan Keos, bahkan jauh sebelum itu, istilah metafisika telah 
digunakan oleh pengikut Aristoteles yang pertama. 
Aristoteles sendiri menggunakan beberapa nama: 
a)  metafisika: sophia (kebijaksanaan) 
kebijaksanaan: ilmu pengetahuan mencari prinsip-prinsip yang 
fundamental. 
b)  metafisika :  to on hei on   ilmu pengetahuan yang mempelajari “yang 
ada”  sejauh “ada”  yakni menyelidiki kenyataan seluruhnya, menurut 
aspek seumum-umumnya. 
c)  metafisika: filsafat pertama    ilmu pengetahuan yang menyelidiki 
substansi yang tetap, tak berubah. Dalam konteks ini metafisika 
kadang-kadang disebut dengan teologi. 
Dunia idea yang “diciptakan”  Plato itu tidak bisa diterima. Bagi 
Aristoteles, kenyataan/realitas benda-benda adalah “dirinya sendiri”. 
Dunia ide yang dimaksud Plato tidak lain adalah bentuk-bentuk yang 
tidak “mengasingkan” diri di dunia lain (idea-idea), melainkan lekat pada 
setiap benda secara individual. 
Menurut Aristoteles setiap benda memang punya esensi tapi bukan 
“terpisah”  dan “ada” di dunia lain (dunia ide). Esensi tiap-tiap benda 
adalah pada benda itu sendiri. Rasio mampu menangkap esensi ini 
dengan jalan abstraksi (“melepaskan”). 
Penampilan benda-benda yang tercerap indera tidak menunjukkan “inti”, 
“hakikat”, “substansinya”, melainkan hanya aksidensianya. Dan untuk sampai pada esensi, harus “melepaskan”  aksiden-
aksidennya. Itulah yang disebutjalan abstraksi. 
Untuk itu Aristoteles mengajarkan 10 kategori: 
1.  substansi 
2.  kuantitas 
3.  kualitas 
4.  relasi 
5.  ruang 
6.  waktu 
7.  aksi 
8.  pasi 
9.  posisi 
10. keadaan 
d)  Teologia 
Bahwa  “gerak” yang terjadi dalam jagad raya disebabkan oleh 
“penggerak pertama”. Penggerak ini terlepas dari  sifat materi, karena 
sifat “materi” rnempunyai potensi untuk bergerak. Maka penggerak 
pertama adalah “aktus murni” yang immaterial, non jasmani. 
Sedangkan “aktus murni” ini aktivitasnya adalah “memikir”. Obyek 
pemikirannya adalah yang paling tinggi dan paling sempurna. Itu  tidak 
lain adalah “pemikirannya sendiri”. Maka, Tuhan adalah “pemikir yang 
memikirkan pikirannya sendiri”. 
d.  Etika 
Tujuan tertinggi hidup manusia adalah eudamonia (“kebahagiaan”). Eudaimonia 
bukanlah bersifat subyektif, melainkan suatu keadaan manusia sebegitu rupa 
sehingga segala sesuatu yang termasuk keadaan bahagia harus terdapat pada 
manusia. 
Kebahagiaan bukan hanya dalam potensia, melainkan diaktualkan dalam suatu 
aktivitas. Aktivitas yang layak bagi manusia adalah mengikuti physisnya, 
kodratnya; yang menunjukkan perbedaan  sekaligus  keunggulannya dan 
mahluk-mahluk lain adalah rasionya. Maka kebahagiaan tertinggi adalah dalam 
aktivitas rasionya, akan tetapi berfikir bukanlah asal berfikir, melainkan berfikir 
yang disertai keutamaan 
Keutamaan dibagi menjadi 2 yaitu: 
a)  Keutamaan moral (putusan, tindakan senantiasa mengambil jalan tengah 
diantara 2 yang ekstrim. b)  Keutamaan intelektual. Dimana pada bagian  ini dibagi menjadi 2  yang 
pertama kebijaksanaan teoritis (senantiasa mengenal kebenaran secara 
ajeg) dan kebijaksanaan praktis (mengambil sikap dengan arif-bijaksaana). 
e.  Psikologi 
Psykologi  menyelidiki segolongan mahluk yang memliki psykhe (tumbuh-
tumbuhan, hewan, manusia) 
1)  Tentangjiwa 
Mula-mula Aristoteles mengikuti Plato, jiwa memiliki “pra eksistensi”  dan 
keabadian. Jiwa dan badan adalah 2 substansi yang terpisah (dalam 
eudemos). 
Dikemudian hari, dalam de anima, ia berpendirian lain sama sekali. 
“Jiwa” aktus yang pertama dari  suatu badan organik. Disebut  “aktus 
pertama” karena ia merupakan aktus yang fundamental, yang menjadi 
“sumber/penyebab” yang utama dan aktus-aktus sekunder. 
2)  Pengenalan inderawi 
Indera menenima/menyerap bentuk (tanpa materi) benda-benda.  Indera 
”menerima” bentuk-bentuk itu dalam salah satu aspek saja sesual dengan 
kemampuannya, misalnya mata melihat, telinga mendengar. 
Dalam pada itu, organ-organ indera yang menangkap bentuk-bentuk/ 
kualitas benda yang dicerap, tidak mempunyai kualitas secara aktual pada 
dirinya sendiri. Namun organ-organ indera mempunyai potensi akan 
kualitas-kualitas tadi. Maka pengenalan inderawi adalah peralihan dari 
potensi aktus. Organ-organ indera yang secara potensial mempunyai 
kualitas, menjadi memiliki/mengenal kualitas secara aktual lewat 
cerapannya terhadap benda-benda. Dengan kata lain pengenalan inderawi 
adalah proses peralihan dan potensi ke aktus. 
3)  Physis 
Semua benda alamiah (tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan keempat 
anasir, yaitu air, tanah, udara, api) mempunyai physisinya, bertumbuh-
berkembang, mempertahankan diri. Dalam konteks yang demikian, istilah 
physis berarti semacam kodrat. 
lstilah physis menunjuk arti  yang luas yaitu keseluruhan mahluk yang 
mempunyai physis sebagai prinsip intern dan bekerja sama secara selaras. lstilah physis kadang-kadang juga berarti, “alam” atau “nature”. Di kemudian 
hari  sering dijumpai nature dalam bahasa inggris yang bukan saja berarti 
alam, tetapi juga bisa memliki arti “sifat-sifat bawaan”. 
4)  Teleologi 
Tiap-tiap mahluk, karena mereka mempunyai sifat physis bukanlah suatu 
kebutulan yang membuta, melainkan mempunyai tujuan (teleologi). 
Dengan ini Aristoteles mengkritik filsuf-filsuf atomis yang menganggap atom 
bergerak “membuta” ke segala arah tanpa tujuan. Bagi Aristoteles mustahil 
segala sesuatu berlangsung tanpa tujuan. Setiap hal benda/peristiwa pasti 
mempunyai penyebab timbulnya final atau tujuan. 
5)  Kosmologi 
Dua wilayah jagad raya yang pertama yaitu bulan, planit-planit, bintang-
bintang, anasir tunggai (aether) dan bumi yang dibagi menjadi 2 yaitu badan 
tunggal (terdiri dan satu anasir) dan badan majemuk (lebih dan satu anasir). 
Jagad raya bersifat azali dan abadi. 
Jagad raya berbentuk bundar dan ada batasnya. Bumi juga bundar dan 
tetap  “diam” dalam pusat  jagad raya (geosentris). Setiap yang bergerak, 
menerima gerak dari sesuatu  yang lain. Begitulah, menggerakkan dan 
digerakkan ini berantai terus menerus. Akan tetapi mustahil bahwa “gerak 
menggerakkan ini” tak terhingga. Maka pasti ada  “penggerak pertama” 
suatu penggerak yang tidak digerakkan (unmoved mover). 
Karena jagad raya bersifat azali —  abadi, maka harus dikatakan bahwa 
“penggerak pertama” juga azali-abadi. Ia tidak bersifat jasmaniah. inilah 
yang dimaksud dengan Tuhan. 
f.  Fisika 
1)  Kajian fisika 
Gerak dibagi menjadi 2 yaitu gerak yang dipaksa dan gerak spontan/ 
aiamiah. 
Dalam gerak spontan/alamiah dibagi menjadi 2 yaitu gerak substansial: 
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dan gerak aksidental: sesuatu menjadi 
lain. 
Sedangkan kajian fisika Aristoteles adalah gerak spontan/alamiah, harus 
difahami, bahwa yang dimaksud “gerak” bukan sekedar “pergeseran”, akan 
tetapi segala macam perubahan. 
Jalan keluar perdebatan Heraklitos dan Parmenides Analisis gerak: Gerak tidak lain adalah peralihan dan potensi ke aktus. Jadi  “yang ada” 
dapat dianalisis “yang ada menurut potensi” dan “yang ada menurut aktus”. 
2)  Hylemorfisme 
Paralel dengan potensi dan aktus Aristoteles juga membedakan antara 
“materi” dan “bentuk”. 
Segala “kejadian”, “peristiwa” (apapun di dunia  ini tentu berupa “peristiwa”) 
adalah berpadunya materi dan bentuk. lstilah materi tidak hanya difahami 
dalam konteks benda-benda material. Materi adalah azas realita yang 
masih dalam potensi. ltulah materi yang fundamental, yang pada dirinya 
belum ada  “bentuk”. Akan tetapi pada dirinya ada potensi untuk menjadi 
aktual. 
Materi dan bentuk senantiasa “saling mengandaikan”, “saling membutuh-
kan” bagi terwujudnya “suatu peristiwa”. 
3)  Empat penyebab: 
Tugas ilmu pengetahuan mencari penyebab. Tiap peristiwa  disebabkan 
oleh 4 hal yaitu: 
1.  penyebab efisien (efficient causa) 
2.  penyebab final (final causa) 
3.  penyebab material (matterial caussa) 
4.  penyebab formal (formal causa) 
g.  Politik 
Manusia itu “zoon politikon”  (mahluk yang hidup dalam polls yang menurut 
kodratnya membutuhkan orang lain bagi hidupnya). Kenyataan menunjukkan, 
bahwa manusia membutuhkan  sesamanya, dan mulal persekutuan hidup 
terkecil (rumah tangga/keluarga) sampai persekutuan tertinggi (polis/negara). 
Keadaan saling membutuhkan dan saling mencukupi itulah yang mampu 
membuat polis “mandiri”. Sedang tujuan polis/negara adalah agar manusia 
hidup dengan baik. 
h.  Tentang pengelolaan/pemerintahan Negara 
Pengelolaan/pemerintahan yang baik adalah yang berkiblat pada pemenuhan 
kebutuhan/kepentingan warganya, sedangkan yang buruk adalah yang 
berkiblat pada pemenuhan kepentingan pengelola/penguasa. 
Berdasarkan jumlah personel penguasa dan sifat-sifatnya Arstoteles membagi 
tiga-tiga. 
 Yang buruk   Jumlah penguasa   Yang baik 
Tirani   satu orang   monarkhi 
Oligarkhi   beberapa orang   aristokrasi 
Demokrasi   banyak orang   politeia 
Diantara yang baik, Aristoteles mengatakan yang ideal adalah polititeia yaitu 
demokrasi demokrat, demokrasi dengan undang-undang dengan cara memilih 
wakil-wakil yang dianggap cakap untuk memerintah atau mengelola negara, 
yakni mereka yang mengerti “yang baik” bagi warga negaranya. FILSAFAT HELLENISME DAN ROMAWI 
Filsafat Hellenisme adalah filsafat pada masa sesudah Aristoteles sampai kira-kira 
abad pertama masehi. Sebutan Hellenisme menunjukkan bahwa pada masa  ini 
dikuasai oleh corak kebudayaan Yunani. Pada masa ini muncul berbagai aliran filsafat, 
yang sebagian bersifat etik dan yang lain bersifat religius. Dengan penekanan pada 
etika, filsafat periode  ini  dinilai agak menurun. Hal  ini  karena pengaruh kekuasaan 
pemerintahan kekaisaran Romawi. 
A.  Epikurisme (EPIKUROS, 341 – 270 SM) 
1.  Ajaran Etika: 
Aliran  ini  bersifat etis dengan menekankan pada Kebahagiaan manusia, 
ketenangan batin (ataraxia) dan mencapai tujuan hidup manusia yang berupa 
kenikmatan atau kepuasan (hedone). Ketenangan batin dapat tercapai jika 
bebas dan tiga sumber ketakutan, yaitu: 1. takut pada murka dewa, 2. takut 
pada mati, 3. takut pada nasib. 
Alasannya: 
1.  Tidak perlu takut kepada murka dewa karena dewa tidak ikut campur dalam 
urusan dunia ini. Kehidupan ini digerakkan oleh atom-atom. 
2.  Tidak perlu takut kepada mati, karena setelah mati, jiwanya larut ke dalam 
atom-atom. Setelah mati orang tak merasakan apa-apa. 
3.  Tidak perlu takut pada nasib karena yang menguasai hidup dan perbuatan 
kita adalah kita sendiri. Nasib itu tidak ada. 
2.  Ajaran fisika; Atomik dan materialistik 
Dasar segala sesuatu adalah atom. Dalam jagad  raya segala benda tersusun 
dari atom-atom, yang semuanya kekal dan tak  terbatas. Jiwa atau tubuh halus 
juga merupakan atom dengan bentuk bulat dan licin. 
3.  Ajaran Logika: empirik 
Sumber pengetahuan adalah pengalaman indera 
B.  Stoisisme (ZENO 336 – 264 SM) 
a.  Nama stoa dari  “stoa poikile” (gang diantara tiang-tiang), yaitu tempat 
penyebaran aliran ini. 
b.  Hubungan antarfisika, logika dan etika 
Fisika merupakan ladang dengan tumbuhannya, logika adalah pagarnya; dan 
etika merupakan buahnya c.  Ajaran fisika 
Hanya ada satu dunia, yaitu dunia pengalaman yang jasmani, sementara alam 
ini terdiri dari dua unsur, yaitu: 
1.  yang pasif, berupa bahan atau materi. 
2.  yang aktif, berupa akal/budi yang menjiwai materi. Dunia dikuasai logos, 
yaitu akal atau rasio ilahi. Keteraturan alam merupakan harmoni. 
d.  Ajaran teologi; alam sama dengan Tuhan 
Segala aturan berjalan alamiah (natural) yang bersumber dari  hukum logos, 
sebagai nasib yang tidak dapat berubah. Tuhan juga sesuatu yang jasmaniah 
dan bersifat kebendaan. Kekuatan ilahi sama dengan kekuatan alam. 
Kejahatan itu tidak ada, kejahatan hanyalah semu, karena hanya dilihat dan 
satu sisi saja. 
e.  Ajaran Etika 
Manusia adalah bagian dari alam yang harmonis. Manusia harus harmonis atau 
selaras dengan dininya sendiri, yaitu dengan akalnya. Kebajikan adalah akal, 
budi yang lurus dan harmoni dengan alam. Aturan alam  sebagai nasib harus 
diterima dengan suka cita agar bahagia. Kebajikan yang tertinggi adalah 
kebijaksanaan kunci. Kunci kebijaksanaan adalah melepaskan segala rasa dan 
terbebas dan segala nafsu. 
C.  Skeptisisme (PYRRHO, 365 – 275 SM) 
a.  Skepsis artinya ragu-ragu, dasar ajarannya adalah relativisme. 
b.  Ajaran etikanya didasarkan pada logika berikut: 
Orang tidak bahagia karena pengetahuannya salah dan selalu tidak pasti. 
Pengetahuan indera dan akal tidak ada yang pasti. Setiap dalil, hukum dan 
norma dapat sekaligus benar dan salah. Agar tidak banyak salah maka 
bertindaklah sesedikit mungkin. Kebahagiaan dan kebaksanaan sebagai kunci 
ketenangan hidup dapat tercapai jika orang tidak berbuat dan mengambil 
keputusan. Sikap hidup yang harus diambil adalah meragukan segala sesuatu. 
D.  Neopythagorisme (Appolonius, Abad pertama SM) 
a.  Ajarannya bersifat religius yang berbentuk eklektis, yakni pencampuran antara 
beberapa aliran pemikiran dan kepercayaan. Aliran  ini  diwarnai oleh ajaran 
Pythagoras, Plato, Aristoteles dan Stoa. 
b.  Corak Pythagoras adalah prinsip bilangan c.  Pengaruh dan Plato adalah dualisme jiwa-badan, dan terkurungnya jiwa dalam 
badan. 
d.  Pengaruh dan Aristoteles ialah pembagian daya manusia yang terdiri dari: 
•  daya rohani (nous) 
•  daya akal (dianola) 
•  daya pengamatan indrawi (aisthesis) 
e.  Pengaruh dan Stoa adalah ajaran yang menyatakan bahwa tak ada perbedaan 
antara Ilahi dengan dunia benda. Bahwa dunia  ini  berasal dari  jiwa-dunia 
sebagai “demiourgos” (sang tukang). 
E.  Neoplatonisme (Plotinus, 204 – 270 M) 
a.  Aliran  ini bercorak Platonis, karena banyak dipengaruhi oleh pandangan Plato, 
namun mempunyai bentuk baru (neo). 
b.  Corak Platonis dalam dua hal: 
1)  Dualisme Plato antara dunia  ini  dan dunia idea ditingkatkan ke arah 
kesatuan yang lebih tinggi, yaitu antara arus kehidupan di alam  ini dengan 
“Yang llahi”. 
2)  Dunia idea Plato sebagai wujud sejati, yang bersumber dan idea tertinggi, 
idea kebaikan, oleh Plotinus diberi bentuk baru  dengan menempatkan 
Tuhan sebagai wujud tertinggi yang menjadi sumber segala wujud yang 
lain. Hubungan antara Tuhan, Yang liahi, dengan wujud Iainnya terjalin 
melalui proses “emanasi” (pancaran, pengaliran, pelimpahan). 
c.  Teori Emanasi 
Semua wujud mengalir dari  Yang Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa, secara 
bertahap dari  tingkat tertinggi ke tingkat yang lebih rendah.  Tahap-tahap 
emanasi adalah: 
1)  Dari Tuhan Yang Esa (to Hen) mengalirlah nous (roh Ilahi). 
2)  Dari nous mengaliriah jiwa dunia, termasuk jiwa manusia (psukhe) sebagai 
gambaran nous. 
3)  Dari jiwa dunia mengalinlah benda (me on), termasuk tubuh manusia. 
d.  Ajaran tentang manusia terdiri dari 3 substansi: 
1)  Roh (nous), yang berkaitan dengan Yang Ilahi. 
2)  Jiwa (psukhe) yang berupa kesadaran. 
3)  Tubuh (soma). 
 e.  Ajaran Etika 
Tujuan hidup manusia ialah bersatu kembali dengan Tuhan, yang  disebut 
“remanasi”, dengan melalui 3 tahap: 
1)  Berbuat kebajikan umum (virtues). 
2)  Berfilsafah (kontemplasi, perenungan mendalam). 
3)  Hidup mistik (persatuan dengan Tuhan). PATRISTIK 
A.  Pengertian 
a.  Patristik ialah zaman pemikiran Kristiani yang dikuasai oleh para “pater” (bapak 
gereja). Mereka berfilsafah untuk kepentingan agama Kristen. Dalam 
menghadapi filsafat Yunani Kuno, sebagian menolak sama sekali, sebagian 
Iainnya dapat menerimanya. 
b.  Ciri atau corak Patristik 
1)  Dasar pemikirannya ialah kitab Injil (wahyu). 
2)  Para filsuf adalah pater sekaligus pemimpin gereja. 
3)  Kebenaran muncul sebagai kaum apologit (pembela agama). 
4)  Masalah-masalah yang timbul: hubungan akal dan wahyu, ketuhanan, 
penciptaan, dan hubungan manusia-Tuhan. 
B.  Kaum Apologit 
a.  Ajaran pokok: 
1)  Tuduhan amoral terhadap umat Kristen adalah fitnah. 
2)  Mereka menentang kepercayaan  banyak Tuhan/Dewa. Hanya ada satu 
Tuhan yang trasenden. 
3)  Kristus adalah Logos yang membagi-bagikan benih logos kepada seluruh 
manusia. Lawan logos adalah “demon” (iblis) 
b.  Justinus de Martyr (100-165 M) 
1)  Ia tidak menolak filsafat Yunani. 
2)  Tentang penciptaan ia berbeda dari Plato. Bagi Plato, mahluk tercipta dari 
bahan yang telah ada. Justinus berprinsip creatio ex nihio, sesuai wahyu. 
3)  Agama Kristen Iebih tua daripada filsafat Yunani karena telah dinobatkan 
pada Musa (2300 SM). 
c.  Tertullianus (160-222 M) 
1)  Kebenaran dan kebijaksanaan hanya ada di kitab suci. 
2)  Filsafat Yunani telah digantikan oleh wahyu. 
3)  Credo qua absurdum est (saya percaya justru karena tak masuk akal). 
C.  Aris dan Athanasius 
a.  Mereka bertentangan dalam memahami Yesus (Isa). 
b.  Menurut Aris, bahwa Yesus ialah manusia biasa sebagai utusan Tuhan. Yesus 
bukan Tuhan Allah dan bukan anakNya. c.  Menurut Athanasius, bahwa Yesus adalah anak Tuhan Allah. Ajaran  ini 
kemudian membentuk ajaran Trinitas dalam agama Kristen. 
D.  Aliran Gnostik 
a.  Kata Yunani gnosis berarti pengetahuan. Aliran  ini  mengajarkan upaya 
kelepasan menuju Tuhan dan iman ke pengetahuan (gnosis, makrifat). Aliran 
ini  adalah hash peleburan dan berbagai gagasan dalam filsafat Yunani Kuno 
dan Kitab Suci Kristen. 
b.  Corak ajaran: 
1.  Ada pertentangan mutlak antara roh sebagai asas kebaikan dan benda 
sebagai asas kejahatan. 
2.  Penciptaan bukan oleh Tuhan, tetapi oleh tokoh rohani yang lebih rendah. 
3.  Kelepasan hanya dapat dicapai oleh sekelompok kecil orang yang berhasil 
naik dan iman ke gnosis. 
E.  Agustinus 
a.  Karya-karya: 
1.  De Trinitate (Tentang Trinitas). 
2.  De Civitate Del (Tentang Negara Tuhan). 
3.  Confessiones (Pengakuan-pengakuan). 
b.  Ketuhanan 
1.  Dasar kepastian dan kebenaran bersumber dan Tuhan, zat yang metafisis. 
2.  Tuhan mengatasi segala pengertian dan pengetahuan manusia. 
3.  Pengetahuan manusia tentang Tuhan menampakkan “ketidaktahuan”. 
Tuhan bukan sesuatu. Tuhan bukan ini bukan itu. 
4.  Ajaran Trinitas: Tuhan Esa dalam zatNya, tiga dalam pribadiNya. 
c.  Penciptaan 
1.  Menganut prinsip creatio ex nihilo. 
2.  Dasar penciptaan adalah Logos (akal) dan hikmat (kebijaksanaan) Tuhan. 
3.  Dalam akal Tuhan ada ide-ide Ilahi. Semua penciptaan berpartisipasi dan 
ide-ide Ilahi ini. Manusia berperan dan berpartisipasi dengan akalnya. PERIODE SKOLASTIK 
A.  Pengertian 
a.  Istilah Skolastik 
Setelah zaman Patristik, sejak akhir abad V dan awal abad VI filsafat berhenti 
sampai kira-kira awal abad IX. Filsafat Patristik sesungguhnya masih bercorak 
Hellenis, namun filsafatnya telah menembus agama Kristen, sehingga warna 
teologi Kristen sangat kuat. 
Setelah muncul Augustinus (354-430 M) sebagai puncak Patristik, filsafat justru 
berhenti, karena keadaan yang kacau. Filsafat berkembang lagi pada masa 
pemerintahan Karel Agung (742- 814 M) dan memasuki masa Skolastik, yang 
disebut Abad Pertengahan. 
Masa Skolastik didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah 
diusahakan di sekolah-sekolah. Pelajaran sekolah meliputi studi duniawi yang 
terdiri dan 7 kesenian bebas (artes liberales) yang dikelompokkan dalam: 
1.  trivium (3 pelajaran bahasa) : gramatika, retorika, dan dialektika. 
2.  quadravium (4 pelajaran matematika) : aritmatika, geometri, astronomi, dan 
musik. 
Semua pelajaran  ini dimaksudkan untuk mempersiapkan kepada pelajaran 
yang Iebih tinggi, yaitu teologia, untuk menjadi sarjana. Berikutnya 7 
kesenian bebas berkembang menjadi studi filsafat, terutama filsafat 
Aristoteles. 
b.  Corak umum 
1.  Menekankan pengetahuan yang digali dari buku-buku. 
2.  Jagat raya dipelajari, namun bukan menelitinya secara empirik, melainkan 
dengan menggali pendapat para filsuf Yunani Kuno. 
3.  Corak filsafat skolastik berpusat pada Kitab Suci dan Tuhan (teosentris). 
4.  Masalah pokok: hubungan akal-wahyu, ketuhanan dan universalia. 
B.  Awal Skolastik (abad IX-Xll) 
a.  Johanes Scotus Eriugena (818-870 M) 
1.  Persoalan akal dan wahyu: 
•  Filsafatnya berdasarkan iman Kristen. 
•  Penelitiannya dimulai dan iman. 
•  Wahyu dipandang sebagai sumber bahan filsafatnya. •  Akal bertugas mengungkapkan arti sebenarnya dari  wahyu  dengan 
bahan filsafat. 
•  Arti yang benar ditemukannya melalui tafsiran allegoris (kiasan). 
2.  Persoalan universalla (pengertian umum) 
•  Semakin umum sifat sesuatu, semakin nyata sesuatu itu. 
•  Yang paling umum itulah yang paling nyata. 
•  Zat yang mempunyai sifat paling umum tentu mempunyai  realitas 
tertinggi, yaitu alam semesta, karena seluruh wujud adalah satu. 
3.  Empat bentuk wujud alam 
a.  Alam yang menciptakan dan tidak menciptakan, yaltu: 
•  Tuhan Allah sebagai satu-satunya realitas yang tersempurna. 
•  Sebutan tentang sifatNya sebaiknya negatif, bahwa  Tuhan bukan 
apapun. 
b.  Alam yang menciptakan dan diciptakan 
•  Teofani pertama, yaitu dunia idea. 
•  Logos yang berwujud dan berpikir. 
c.  Alam yang diciptakan dan tidak diciptakan 
•  Teofani kedua, yaitu realisasi dalam dunia ini. 
•  Jagat raya ini tercipta dari Roh Kudus atas kasih Tuhan. 
•  Alam ini adalah perubahan dari dunia idea ke dunia gejala. 
d.  Alam yang tidak menciptakan dan tidak diciptakan 
•  Tuhan dalam bentuk alam keempat sebagai tujuan akhir  segala 
sesuatu. 
•  Tuhan sebagai tujuan (teleologis) dalam upaya remansi  yang 
mengikuti emansi. 
4.  Etika: 
-  Ajaran etikanya bercorak mistik 
-  Manusia harus berusaha menuju kepada kesatuan dengan Tuhan, yang 
melampaui pengetahuan akal dan pengalaman indrawi. 
b.  Ultra Realisme, tokohnya Willem dari Champeaux (1070-1121) 
1.  Berdasarkan pandangan realisme Plato. 
2.  Bahwa universalia (pengertian umum) itu sungguh-sungguh ada. 
3.  Wujud universalia terlepas dari wujud individualia (benda satu per satu). 
c.  Nominalisme, tokohnya Roscellinus dan Compaegne 
1.  Ajarannya bercorak Aristotelian. 2.  Universalia hanyalah nama, hanya sebutan, bukan wujud. 
3.  Yang wujud adalah benda-benda konkrit (individualia) 
d.  Petnus Abaelardus (1079-1142) 
1.  Masalah universalia; 
•  Dia memberi jalan tengah atas pertentangan antara Ultra-Realisme dan 
Nominalisme. 
•  Bahwa wujud memang ada pada benda-benda konkrit (individualia). 
-  Universalia tidak benda (res); bukan hanya nama dan pikiran saja, 
bukan hanya kata-kata (voces), tetapi bersumber dan wujud individualia. 
-  Wujud universalla merupakan wujud keseluruhan sifat-sifat yang benar-
benar ada pada individualia, sebagai isi yang ideal (sermo). 
•  Pandangannya cenderung bercorak Aristotelian. 
2.  Masalah akal dan wahyu 
•  Dia rasionalistik, yang menundukkan iman kepada akal. 
•  Iman harus mau diawasi oleh akal. 
•  Yang wajib diimani adalah yang telah disetujui oleh akal. 
•  Pemikiran rasional dihargai dengan menerapkan dialektika pada 
teologia. 
e.  Anselmus (1033-1109) 
1.  Masalah akal dan wahyu 
•  Pemikiran dialektika dan akal diterima sepenuhnya bagi teologia. 
•  Iman didahulukan, sehingga memperoleh kebenaran akal. 
•  Hubungan iman dan akal dinyatakan dalam prinsip  fidex quaerens 
intellectum (iman yang berusaha untuk mengerti). 
•  Prinsip pribadi: credo ut intelligam (aku beriman untuk mengerti). 
•  Kitab Suci dapat dijelaskan secara rasional dengan pemikiran 
mendalam. Dalam hal  ini  ia dapat membuktikan adanya Tuhan secara 
Ontologis. 
•  Kepastian iman dan wahyu tetap sama tanpa ataupun dengan 
pembuktian akal. 
•  Iman dan akal keduanya datang dan Tuhan. 
2.  Masalah universalia 
•  Ia menentang nominalisme. 
•  Universalia ada dengan nyata, yang bebas dan segala individualia.  •  Universalia bukan hanya nama, bukan hanya sebutan tetapi mempunyai 
realitas. 
•  Universalia ada sebagai idea-idea dalam diri Tuhan. 
C.  Puncak Skolastik 
a.  Perkembangan yang terjadi: 
•  Abad XII mulai ada pengaruh dari  pemikiran Islam (Spanyol), sekaligus 
pengaruh dari pemikiran Yunani Kuno. 
•  Masa  ini  muncul banyak universitas dengan 4 fakultas teologia, hukum, 
kedokteran, dan sastra (artes liberales). 
•  Pada masa  ini  timbul ordo-ordo baru, seperti ordi Fransiskan dan 
Dominikan. 
•  Pengaruh pemikiran Anistoteles semakin meluas, terutama Iogikanya. 
Filsafat Skolastik juga dipengaruhi oleh ajaran NeoPlatonisme dan 
Augustinus. 
b.  Albentus Agung (1206-1280) dan ordo Dominikan 
1.  Wahyu (iman dan akal) 
Ia mengembangkan pemikiran Aristoteles dan Neoplatonisme. Ia 
membedakan antara iman dan akal. Iman Iebih didasarkan pada perasaan 
daripada akal. Kebenaran iman tidak dapat dibuktikan dengan akal. 
Tentang adanya Tuhan dapat dibuktikan secara “a posteriori”. Karena hal ini 
bukan kebenaran iman, tetapi dasar iman. Ia mengikuti Aristoteles, bahwa 
Tuhan adalah “Aktus Purus”. Tanpa potensi, sebagai Penggerak Pertama. 
Ia mengembangkan penelitian dan eksperimen di bidang biologi dan kimia. 
la dipengaruhi oleh Neoplatonismeika menjelaskan tentang penciptaan. 
Disini teori emanasi dipakai untuk menjelaskan konsep creatio ex nihilo. 
Alam semesta diciptakan Tuhan secara bertingkat-tingkat dari  sebab 
pertama. 
2.  Masalah universalia 
Universalia hanyalah bentuk tanpa materi  
Ada 3 macam bentuk universalia: 
a)  bentuk dalam kesadaran (akal) Tuhan, yaitu idea dasar yang disebut 
universalia ante rem (universalia ada sebelum adanya benda). 
b)  Bentuk dalam kenyataan, dalam benda yang konkrit yang disebut 
universalla in re (universalia ada dalam bendanya sendiri). c)  Bentuk yang dihasilkan oleh roh manusia melalui abstraksi dari benda-
bendanya yang disebut  universalla post rem  (universalia yang 
dirumuskan akal setelah adanya benda). Dia  menjelaskan proses 
pemahaman dari  pengamatan terhadap invidualia kemudian naik ke 
dunia abstrak (unversalia) dan sampai kepada Tuhan. 
c.  Thomas Aquinas (1225 — 1274) 
1.  Masalah Wahyu (teologia) dan akal (filsafat) 
Filsafat dikembangkan dengan akal, sedangkan teologi dengan wahyu/ 
iaman. Filsafat dan teologi berhubungan erat, namun tetap berdiri sendiri 
dalam bidang masing-masing. 
Iman adalah cara tertentu untuk mencapai pengetahuan yang mengatasi 
akal, yang tak tertembus oleh akal. 
Ada dua macam pengetahuan: 
a.  Pengetahaun alamiah, dengan akal terang, yang insani, inilah filsafat. 
b.  Pengetahuan iman, dengan wahyu ilahi, kitab suci inilah teologia. 
Perbedaannya bahwa filsafat membahas bidang-bidang di kawasan alam, 
sedangkan teologia membahas tentang misteri di luar alam. Persamaannya 
bahwa filsafat dan teologia bersama-sama membahas tentang jiwa dan 
Tuhan. 
2.  Teori materi-bentuk 
Teori ini dikembangkan dan Aristoteles, Materi = potensi, disebut bakat. 
Bentuk = aktus, disebut dengan realisasi. Materi ialah yang darinya muncul 
sesuatu (subyek pertama), atau substansi yang ada dalam bentuk potensi. 
Bentuk ialah aktus, yaitu cara berada segala yang jasmaniah (nyata). 
Bentuk berubah materi (potensi) menjadi ada secara nyata (aktus). 
3.  Tuhan dan mahluk 
a.  Tuhan adalah  Actus Purus  (aktus murni). AdaNya sempurna tanpa 
potensi. 
Esensi (hakikat) dan eksistensi  (wujud)  Tuhan adalah identik. Pada 
mahluk, eksistensinya merupakan tambahan pada esensinya, yang 
mengikuti hubungan materi-bentuk. 
b.  Dasar penciptaan ialah creatio ex nihio, bukan emansi. Tiada dualisme 
asasi antara Tuhan dan mahiuk. Mahluk  berpartisipasi dalam wujud 
Tuhan, artinya mendapat bagian dan wujud Tuhan. 
 4.  Pembuktian adanya Tuhan 
a.  Pembahasan  ini disebut Theologia naturalis. Metodenya hanya secara 
“aposteoni”, tak mungkin “apniori” (ontologi) seperti pada Anselmus. 
b.  Lima jalan pembuktian (quinque vide) 
-  Dunia selalu bergerak, maka harus ada Penggerak 
Pertama yang tak digerakkan, itulah Tuhan. 
-  Dunia  ini  terjadi menurut hubungan sebab-akibat, maka harus ada 
Sebab Pertama, itulah Tuhan. 
-  Wujud dunia ini serba mungkin, maka harus ada wujud yang mutlak, 
itulah wujud Tuhan. 
-  Wujud di dunia  ini  bertingkat-tingkat sampai mampu  yang tertinggi 
namun belum sempurna, maka harus ada tingkat maha tinggi, maha 
sempurna, itulah Tuhan. 
-  Dunia ini digerakkan ke arah tujuan akhir secara teratur. 
Oleh karena itu harus ada zat yang paling sempurna akalnya dalam 
mengatur. ltulah Tuhan yang Maha Pengatur. 
5.  Masalah Universalia 
a.  Dasar: Nil in intellectu nisi prius sensu  (tak ada sesuatu pada akal jika 
tak ada pada  indera lebih dahulu). Apa yang disentuh oleh indra 
merupakan bahan untuk pengetahuan. Setelah diolah oleh akal, bahan 
tersebut baru merupakan pengetahuan (ilmu).Pengetahuan adalah 
wujud universalia. 
b.  Universalia yang mutlak ditangkap bukan hanya karena ada 
persentuhan dengan indera, tetapi terutama setelah diolah  oleh akal/ 
budi. Pengetahuan indera bersifat jasmani dan  berubah-ubah 
(indiviidualia). Pengerahuan akal bersifat rohani, umum dan tetap 
(universalia). 
D.  Akhir Skolastik 
a.  Kemunduran 
Pada puncak Skolastik di abad XIII terjadi penyelarasan filsafat Yunani Kuno, 
khususnya Aristoteles dengan agama Kristen. Corak  Skolastik kemudian 
menurun sejalan dengan munculnya banyak  kritik terhadap penyelarasan 
antara filsafat dan agama tersebut. 
 b.  Roger Bacon (1242 - 1294) 
1.  Karya-karyanya: Opus Maiyus, Opus Minus dan Opus Tertium. 
2.  Pemikirannya banyak bertentangan dengan filsafat Skolastik sebelumnya 
terutama Thomas Aquinas. Dia justru mengakui kebesaran Aristoteles, Ibn 
Sina dan Ibn Rusydi. 
3.  Kritiknya terhadap Skolastik: 
-  Kaum Skolatik kurang memperhatikan bahasa Yunani yang dipakai oleh 
Aristoteles, juga bahasa Arab. 
-  Mereka kurang memperhatikan ilmu pasti sebagai dasar semua ilmu. 
-  Metode mereka salah sama sekali, karena selalu terikat oleh kitab suci. 
c.  Willem dan Ockham (1290 - 1349) 
1.  Ia mempelopori aliran/jalan baru (via moderna) yang melawan jalan kuno 
(via antiqua) dan kaum Skolastik tradisional (Thomas). 
2.  Ia menganut nominalisme dan mengarahkan ajarannya ke empirisme. 
Filsafat dan ilmu harus dipisahkan dan agama (sekularisasi). SOAL FILSAFAT BARAT PRA MODERN 
1.    a.  Sebutkan para filsuf pertama dari Miletos dan Jelaskan argumentasi mereka 
tentang Arkhe. 
b.  Uraikan garis besar kesamaan pandangan mereka tentang alam semesta!. 
Bandingkan dengan ajaran mitologi Yunani. 
2.    a.  Jelaskan pertentangan antara Heraklitos dan Parmenides!. Bagaimana 
argumentasi masing-masing? 
b.  Jelaskan argumentasi Zeno (dari Elea) dalam mendukung pendapat 
Parmenides!. 
3.    a.  Mengapa Sokrates dijadikan tonggak peniodisasi dalam Sejarah filsafat 
Yunani Kuno! 
b.  Uraikan kesamaan dan perbedaan antara Sokrates dan kaum sofis. 
4.    a.  Jelaskan pemikiran Plato dalam rangka mendamaikan pertentangan antara 
Heraklitos dan Parmenides. 
b.  Jelaskan pula jalan keluar yang diajukan oleh Aristotelas dalam masalah 
yang sama. 
5.    a.  Uraikan pemikiran Plato tentang Jiwa manusia! 
b.  Uraikan pula konsep negara ideal menurut Plato! 
6.    a.  Jelaskan teori “hule” dan “monfe” dan Aristoteles! Bagaimana dia 
memandang alam dan manusia berdasarkan teori ini! 
b.  Terangkan pokok-pokok ajaran etikanya. 
7.    a.  Bagaimana pandangan Epikunisme tentang alam semesta? 
b.  Jelaskan ajaran etikanya yang berkaitan dengan sumber-sumber ketakutan. 
8.    a.  Terangkan latar belakang dan perkembangan aliran Stoa! 
b.  Terangkan pokok-pokok ajaran etikanya! 
9.    a.  Jelaskan pengaruh Plato terhadap Neo-Platonsisme! 
b.  Uraikan teori “Emanasi” menurut Neo-Platonissme! 
10.   a. Terangkan ciri-ciri filsafat Patristik 
b. Bagaimana ajaran “apologit” kristen tentang filsafat. 
11.   a.  Jelaskan pemikiran Augustinus tentang Tuhan dan alam! 
b.  Bagaimana kritiknya terhadap Skeptisisme? 
12.   a.  Jelaskan pertentangan antara Ultra-Realisme dan Nominallsme tentang 
Universalia! 
b.  Bagaimana jalaan tengah dan Petrus Abaelardus dalam soal itu? 13.   a.  Jelaskan pandangan Johanes Scoteus Eniugena tentang hubungan akal dan 
wahyu. 
b.  Jelaskan pula pandangannya tentang universalia. 
14.   a.  Jelaskan maksud pninsip credo utintelligam dari Anselmus! 
b.  Jelaskan sikapnya dalam soal universalia! 
15.   a.  Jelaskan pengertian tentang Skolastik! 
b.  Terangkan pengaruh filsafat Islam terhadap perkembangan filsafat Abad 
Pertengahan di Barat. 
16.   a.  Terangkan pemikiran Albertus Agung tentang Tuhan! 
b.  Bagaimana pandangannya tentang universalia yang mencakup tiga macam 
wujud? 
17.   a.  Terangkan lima jalan pembuktian adanya Tuhan menurut Thomas Aquinas! 
b.  Jelaskan pandangannya tenang penciptaan.  
c.  Jelaskan pula pandangannya tentang daya jiwa! 
18.   a. Terangkan sebab berakhirnya kejayaan Skolastik 
b. Bagaimana kritik Roger Bacon terhadap filsafat Skolastik? 

Jumat, 23 September 2016

Makalah konsep dasar bahasa indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar  Belakang
Bahasa merupakan alat  komunikasi yang digunakan oleh manusia. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang digunakan  oleh bangsa Indonesia dalam berkomunikasi  dan digunakan sebagai bahasa pengantar.
Sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, Bahasa Indonesia  merupakan bahasa persatuan bangasa Indonesia. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi, masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu, seperti bahasa gorontalo, bahasa jawa, bahasa sunda, dan bahasa lainnya.
Bahasa Indonesia memegang peranan penting. Bahasa indonesia perlu dipelajari dan dipahami oleh semua lapisan  masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia.
1.2  Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka  penyusun mengemukakan beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan  makalah  ini sebagai berikut :
·         Bagaimana sejarah bahasa indonesia ?
·         Apakah  pengertian bahasa indonesia ?
·         Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa indonesia ?
 1.3  Tujuan Penulisan
Secara terperinci tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
·        Dapat mengetahui dan memahami sejarah bahasa indonesia.
·        Dapat mengetahui pengertian bahasa indonesia.
·        Dapat memahami kedudukan dan fungsi bahasa indonesia.
1.4  Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah  ini adalah supaya bisa menjadi bahan masukan dan pembelajaran bagi para pembaca khususnya bagi para mahasiswa, tentang apa dan bagaimana konsep dasar kebahasa indonesiaan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Sejarah Bahasa Indonesia
            Bahasa indonesia pada dasarnya berasal dari bahasa melayu, pada zaman dahulu lebih tepatnya pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu banyak digunakan sebagai bahasa penghubung antar suku di pelosok nusantara. Selain itu bahasa melayu  juga di gunakan sebagai bahasa perdagangan antara pedagang dalam nusantara maupun dari luar nusantara.
Bahasa melayu  menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan penyebaran agama islam, serta makin kokoh keberadaan nya karena bahasa melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara karena bahasa melayu digunakan sebagai penghubung antar suku, antar pulau, antar pedagang, dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis. Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
  1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
  2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
  3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
  4. Bahasa melayu  mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah
2.2  Pengertian Bahasa Indonesia
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi      
Indonesia adalah suatu Negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang terbentang luas dari sabang sampai marauke. Oleh karena itu Indonesia memiliki beragam bahasa yang berbeda dari tiap-tiap daerah.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi  yang digunakan oleh warga Negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga.
Berikut adalah beberapa pengertian bahasa Indonesia menurut para ahli ;
  • Wibowo, mendefinisikan bahasa sebagai system simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran
  • Santoso, mendefiniisikan bahasa sebagai rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar
  • Tarigan, mendefinisikan bahasa sebagai suatu system yang sistemais untuk system generative

2.3 Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum didalam :
1.      Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “ Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
2.      Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambing Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai :
2.3.1        Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
·         Lambang kebanggaan Nasional. Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai- nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
·         Lambang Identitas Nasional. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia akan dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
·         Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya. Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
·         Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah. Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

2.3.2        Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :
·         Bahasa resmi kenegaraan. Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
·         Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan. Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing. Apabila hal ini dilakukan, sangat membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek).
·         Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah. Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
·         Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula. Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

2.4 Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan secara khusus.
2.4.1        Fungsi Bahasa Secara Umum
1.      Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
·         Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.
·         Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
2.      Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3.      Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.
4.      Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku- buku pelajaran, ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan masyarakat. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita.
2.4.2 Fungsi Bahasa Secara Khusus
1.      Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari- hari. Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.
2.      Mewujudkan Seni (Sastra). Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni, seperti syair, puisi, prosa dll. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.
3.      Mempelajari bahasa- bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal. Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah kuno atau penemuan prasasti-prasasti.
4.      Mengeksploitasi IPTEK. Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Tersebarnya bahasa daerah tertentu ke wilayah lain di wilayah Nusantara tentunya memungkinkan terjadinya persaingan antarbahasa daerah tersebut. Hal ini perlu disikapi secara serius oleh para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah. Kalau dibiarkan pergesekan antarbahasa daerah tersebut, dikhawatirkan akan menjadi pemicu disintegrasi bangsa. Apalagi wilayah Indonesia memiliki banyak pulau dan memiliki banyak ragam budaya, hal ini tentunya akan berimbas kepada persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mempersatukan bangsa yang berbeda-beda budaya, salah satunya adalah dengan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu bangsa. Sampai saat ini, bahasa Indonesia belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku dan daerah. Hal ini dapat terjadi, karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama  dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan. Hal ini pulalah yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai sarana pertahanan bangsa.
3.2  SARAN
Sebagai warga negara yang berbudi luhur, hendaknya kita bisa melestarikan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi melalui interaksi sosial dan menjaga lambang identitas kebanggaan nasional dan sebagai pemersatu berbagai golongan sosial serta sebagai alat penghubung antar budaya.